CEO Fox Logger Sebut 3 Faktor yang Mendorong Industri IoT


Internet Of Things

Ilustrasi Internet Of Things

Pemulihan ekonomi di Indonesia pasca pandemi COVID-19 telah memberikan dampak positif bagi berbagai industri, termasuk bagi industri teknologi internet of things (IoT) di mana saat ini terdapat peningkatan penggunaan produk IoT oleh masyarakat.

CEO Fox Logger Alamsyah Cheung yang merupakan salah satu pemain GPD Tracker berbasis IoT di Indonesia pun mengakui hal tersebut. Ia menyebut bahwa penjualan produk dan penerapan IoT di Indonesia terus meningkat..

“IoT di Indonesia memang masih terbilang dalam tahapan awal. Kendati demikian, grafik penerapannya, juga penjualan produk-produknya terus meningkat, terutama tiga tahun terakhir. Kalaupun sempat tertahan selama 2020-2021, itu karena besarnya pengaruh pandemi,” kata Alamsyah dalam keterangan tertulisnya, melansir dari Suara.com, Senin (30/5/2022).

Menurut Alamsyah, performa positif dari produk-produk IoT di Indonesia tidak lepas dari tiga faktor utama. Faktor pertama, adalah meningkatnya coverage internet 4G di Tanah Air. Hal ini karena perkembangan IoT akan sejalan dengan luas dan cepatnya koneksi internet yang ada di suatu wilayah, dalam hal ini adalah Indonesia.

“Khusus Indonesia, potensinya semakin besar karena semenjak 2021, Indonesia sudah mulai mengadopsi internet 5G,” tutur Alamsyah.

Teknologi 5G yang dibangun di atas jaringan nirkabel 4G ini pun disebut menghadirkan teknologi baru dan frekuensi yang lebih luas, sehingga IoT kemudian dapat berkembang dengan pesat.

Faktor kedua, adalah e-commerce yang semakin menjamur di Indonesia. Kanal e-commerce yang terus berkembang, didukung dengan semakin banyaknya digital marketplace kemudian mendukung distribusi produk-produk IoT ke pengguna, baik pengguna individu maupun korporasi.

Sementara faktor ketiga yang mendorong perkembangan IoT di Indonesia adalah tren penggunaan produk berbasis IoT yang semakin menjadi kebutuhan hidup atau lifestyle. Contohnya, adalah penggunaan dash cam di mobil untuk menjaga keamanan pengemudi kendaraan bermotor.

Selain itu, produk-produk IoT juga menjadi tren untuk menghidupkan dan mematikan mobil hanya dengan aplikasi ponsel. Fitur-fitur yang selama ini didominasi oleh produsen Eropa, kini sudah ditawarkan produsen-produsen dari Korea dan Cina sehingga pemanfaatannya pun semakin meluas.

Alamsyah kemudian meyakini bahwa dalam 5 tahun ke depan akan terjadi lonjakan signifikan untuk produk-produk berbasis IoT. Optimisme ini pun terbangun karena melihat keyakinan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengenai pemerataan jaringan akses 5G akan lebih cepat dari 4G, di mana 5G akan mulai merata di Indonesia pada tahun 2025.

“Dengan demikian, dalam konteks tingkat pemanfaatan produk IoT, percepatan dan pemerataan jaringan 5G memang sebuah keniscayaan. Namun, bagi kebaikan masyarakat pun percepatan serta pemerataan itu sendiri memang sangat dibutuhkan,” ungkap Alamsyah.

Alamsyah kemudian menambahkan, hal tersebut dikarenakan jaringan 5G yang semakin cepat meluas dan merata akan mendukung jaringan internet di Indonesia semakin prima dan stabil, yang kemudian dapat membuat aktivitas masyarakat seperti belajar dan bekerja dapat berjalan tanpa gangguan berarti, apalagi jika biaya berlangganan internet bisa ditekan oleh provider.

Namun Alamsyah kemudian menekankan, bagi Fox Logger sendiri, hal yang lebih penting dari perluasan jaringan 5G dan biaya internet yang terus ditekan provider adalah produk IoT yang memang sangat penting dalam peningkatan taraf hidup masyarakat di era digital. Pasalnya, gaya hidup digital yang memanfaatkan IoT akan semakin sulit dihindari.

Selain tiga faktor tersebut, Alamsyah pun menyoroti pentingnya peran pemerintah sebagai regulator yang mengatur industri produk berbasis IoT. Menurutnya, sudah seharusnya pemerintah bersikap lebih proaktif, tegas, dan bijaksana untuk kemaslahatan bersama. Salah satunya, dengan penerapan izin edar produk IoT.

“Penerapan izin edar IoT harus benar-benar sesuai aturan yang berlaku. Kini cukup banyak produk IoT yang beredar di pasaran, ternyata tidak memiliki izin postel dari Kominfo. Produk tanpa izin edar akan sangat merugikan masyarakat pengguna,” jelas Alamsyah.

Pasalnya, produk IoT yang tidak memiliki izin postel Kominfo memiliki tingkat kepastian layanan purnajual yang rendah. Padahal masyarakat membutuhkan produk yang berkualitas serta layanan yang sempurna.

Sementara berkaitan dengan pemanfaatan IoT untuk sektor transportasi, Alamsyah yang sukses merintis Fox Logger sebagai salah satu perusahaan GPS Tracker berbasis IoT di Indonesia menyampaikan bahwa transportasi yang berbasis IoT harus lebih digalakan di Tanah Air, melalui implementasi di sektor transportasi publik.

Keterlibatan pemerintah dalam implementasi IoT di sektor transportasi publik sendiri tidak hanya akan mengedukasi pasar, tetapi juga akan membantu penyelesaian masalah kemacetan di Indonesia yang disebabkan banyaknya kendaraan pribadi oleh masyarakat.

Pemanfaatan IoT kemudian diyakini akan membantu kenyamanan penggunaan transportasi publik sehingga masyarakat akan semakin percaya dengan keandalan transportasi publik, dan semakin banyak menggunakannya.

“Pada sektor transportasi logistik, produk IoT seperti GPS Tracker akan sangat banyak membantu para pelaku industri, dalam hal ini adalah efisiensi biaya operasional. Ketatnya persaingan industri jasa pengiriman barang membuat pelaku logistik harus dengan cermat memperhatikan segala hal, salah satunya adalah biaya. IoT akan otomatis dibutuhkan sekali untuk industri ini,” pungkas Alamsyah.


Bagikan artikel ini