Menristek : Akan Muncul 46 Juta Pekerjaan Baru dari Industri 4.0


Kementerian Riset dan Teknologi

Logo Kementerian Riset dan Teknologi

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan revolusi industri 4.0 memberikan dampak positif bagi dunia kerja di Indonesia. Bahkan, Bambang juga menyebut akan ada 46 juta pekerjaan baru yang hadir karena revolusi industri 4.0.

Bambang dalam Youtube Kemenristek/BRIN pada Mewujudkan Indonesia 4.0: Kumpulan Pemikiran Pelajar Indonesia, Kamis (3/9/2020) menyebut jika revolusi industri 4.0 memang bisa menimbulkan kehilangan pekerjaan, namun juga memberikan 46 juta peluang baru pekerjaan di Indonesia. 10 juta diantaranya merupakan pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya. Misalnya, Bambang menyebut, adalah data scientist.

“Sekarang muncul data scientist. Orang yang bekerja untuk data analisis, orang yang paham data dan menganalisa big data,” jelas Bambang.

Data scientist sendiri terdapat pada berbagai sektor, seperti bidang kesehatan, konstruksi, manufaktur, dan ritel.

Menurut Bambang, hal yang paling unik di revolusi industri 4.0 adalah konstruksi dan manufaktur. Revolusi industri bisa memangkas waktu pembangunan dari hitungan tahun menjadi hitungan minggu saja. Misalnya, jembatan Holtekamp Jayapura yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada akhir 2019 lalu.

“Jadi jembatan Holtekamp itu manufaktur atau dirakit di pabrik di Jawa, lalu dibawa dengan kapal ke Papua, lalu langsung dipasangkan. Jadi semacam lego, di manufaktur pabrik dan nanti tinggal ditempel,” kata Bambang.

Menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 ini, Bambang berharap Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dapat dipersiapkan dengan baik. Bambang menyebutkan, mahasiswa di bangku perkuliahan juga sudah harus diarahkan untuk studi yang sesuai perkembangan zaman.

“Mengarahkan mahasiswa pada bidang studi yang dibutuhkan, terutama industri yang terikat dengan revolusi 4.0 itu tadi, seperti scientist dan bio engineering. Itu sendiri akan meningkatkan tenaga kerja karena sektor manufakturnya membutuhkan SDM itu,” pungkas Bambang.


Bagikan artikel ini