Dongkrak Industri Mamin, Kemenperin Terapkan Teknologi 4.0


Industri Makanan dan Minuman

Industri Makanan dan Minuman

Dalam mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing pada industri makanan dan minuman (mamin) nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus melakukan upaya-upaya strategis yang mampu bersaing hingga di tingkat global. Salah satunya yaitu dengan menerapkan teknologi industri 4.0 di sektor tersebut, mulai dari tahap awal desain produk hingga produk tersebut didistribusikan.

“Upaya tersebut diproyeksikan akan mampu meningkatkan produktivitas serta efisiensi sektor industri mamin antara 10 hingga 15 persen,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim di Jakarta, Selasa (27/7/2020).

Rochim mengatakan bahwa adanya implementasi industri 4.0 di sektor manufaktur dinilai dapat menghemat biaya operasional. Pelaku industri dapat melakukan estimasi kapan waktu yang tepat untuk memperbaiki atau merevitalisasi peralatan produksi yang mereka miliki, sekaligus dapat mencegah kerusakan alat produksi yang berdampak pada proses produksi. Selain itu, dengan adanya teknologi industri 4.0 juga dinilai berperan penting untuk dapat meningkatkan utilisasi pabrik di sektor mamin, apalagi di masa pandemi Covid-19.

"Implementasi teknologi industri 4.0 dapat menjadi solusi ketika pabrik belum dapat sepenuhnya beroperasi secara normal. Apabila dalam keadaan normal, implementasi teknologi industri 4.0 pada sektor mamin dapat meningkatkan utilisasi 20-25 persen," urainya.

Saat ini pemerintah juga tengah mencanangkan percepatan penerapan teknologi industri 4.0 dengan mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0. Making Indonesia 4.0 sendiri merupakan strategi yang dirancang oleh Kemenperin. Program ini diluncurkan pada 2018 oleh Presiden Joko Widodo dengan harapan dapat menjadi arah dan strategi bagi percepatan penerapan teknologi industri 4.0 di Indonesia.

Adapun sektor yang menjadi prioritas program ini, salah satunya sektor industri mamin yang dipacu pengembangannya. Rochim pun menjelaskan, untuk saat ini penggunaan teknologi industri 4.0 pada sektor mamin sudah cukup baik. Dengan begitu, Kemenperin akan terus mendorong penerapan teknologi industri 4.0 agar lebih ditingkatkan, sehingga pada sektor mamin diharapkan dapat lebih optimal pertumbuhannya serta dapat menghasilkan produk dengan daya saing yang tinggi.

"Hingga kini, umumnya perusahaan menggunakan teknologi industri 4.0 untuk melakukan monitoring dan pengawasan terhadap kegiatan operasionalnya dan ini sudah cukup baik. Kami terus mendorong optimalisasi penggunaan teknologi industri 4.0 ini untuk membantu industri dalam meningkatkan produksi maupun kualitas produk yang dihasilkan," ujar Rochim.

Industri mamin merupakan salah satu sektor andalan dalam menopang pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Peran yang penting dari sektor ini dapat dilihat dari kontribusinya yang konsisten dan signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non migas.

Saat Triwulan I Tahun 2020, sektor industri mamin berkontribusi sebesar 36,4% terhadap PDB manufaktur. Lalu, di periode yang sama, sektor industri mamin mengalami pertumbuhan sebesar 3,9%. Kemenperin berharap dengan dilakukannya implementasi industri 4.0, pertumbuhan sektor mamin dan kontribusinya terhadap PDB dapat terus meningkat.

Bahkan, pada sepanjang semester I tahun 2020, sektor industri mamin telah menyumbang devisa yang paling besar dengan pencapaian nilai ekspornya hingga USD13,73 miliar. Industri mamin juga merupakan sektor yang mendominasi di Indonesia, terutama pada industri kecil menengah (IKM). Hal tersebut yang membuat industri mamin menjadi tumpuan bagi berputarnya roda ekonomi nasional. Sehingga dengan adanya peta jalan Making Indonesia 4.0, industri mamin ditargetkan mampu unggul di wilayah Asia Tenggara.


Bagikan artikel ini