Gunakan Machine Learning, Peneliti Temukan Alat Bantu Tuna Wicara


Ilustrasi Biotechology

Ilustrasi Biotechology

Penelitian di bidang bioteknologi terus menghasilkan inovasi yang mengagumkan. Salah satunya adalah temuan baru dari para peneliti di Universitas California yang berhasil menciptakan alat bantu untuk tuna wicara menggunakan teknologi machine learning. Alat ini disebut "Voice Patch" yang memiliki kemampuan untuk menerjemahkan gerakan otot laryngeal di tenggorokan menjadi bahasa ucapan.

Perlu diketahui, bioteknologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam menghadapi tantangan kesehatan, lingkungan, pangan, dan banyak bidang lainnya. Dengan memadukan pengetahuan biologi dan teknologi, bioteknologi mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan lingkungan sekitarnya. Dari pengembangan obat-obatan hingga produksi pangan yang lebih efisien dan ramah lingkungan, kontribusi bioteknologi sangat besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Voice Patch ini merupakan solusi canggih bagi orang-orang tuna wicara atau yang mengalami gangguan bicara karena berbagai sebab seperti cedera pada pita suara atau penyakit tertentu. Dengan alat ini, mereka dapat berkomunikasi secara verbal meskipun tidak dapat mengeluarkan suara secara langsung.

Patch inovatif yang ditempelkan pada bagian tenggorokan memiliki kemampuan luar biasa untuk membantu orang-orang tuna wicara atau yang mengalami gangguan bicara karena berbagai penyebab seperti cedera pita suara atau penyakit lainnya. Melalui teknologi canggih ini, mereka dapat berbicara secara verbal meskipun tidak mampu mengeluarkan suara secara langsung, penelitian ini membuka pintu baru bagi komunikasi yang lebih lancar dan mandiri bagi mereka yang membutuhkan.

 

Lalu bagaimana sistem kerja dari patch tersebut?

Konsep dasar dari Voice Patch ini sangat menarik. Suara manusia terbentuk melalui udara yang keluar dari tenggorokan dan dimodulasi oleh otot-otot laring. Otot-otot ini bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suara saat berbicara, dan gerakan mereka tercermin pada permukaan leher.

Para peneliti menggunakan prinsip ini untuk menciptakan patch atau plester yang dapat mendeteksi gerakan otot laring. Patch ini memiliki lapisan polydimethylsiloxane (PDMS) di luar yang mengapit dua lapisan kumparan tembaga yang berfungsi sebagai magnetic induction (MI). Di bagian intinya, terdapat lapisan PDMS lagi serta lapisan magnet yang berperan sebagai magneto-mechanical (MC). Lapisan MC ini memiliki banyak sayatan di dalamnya sehingga dapat mengikuti pergerakan otot tenggorokan dengan lebih mudah.

Ketika seseorang menggunakan Voice Patch ini, patch seberat 7,2 gram tersebut akan menghasilkan sinyal-sinyal listrik kecil yang kemudian ditangkap oleh modul sensor. Sinyal-sinyal ini kemudian diproses dan dianalisis oleh modul machine learning untuk menginterpretasikan apa yang ingin disampaikan oleh pembicara.

Yang menarik, dalam waktu singkat hanya 40 ms, komputer dapat mengucapkan kalimat yang dimaksud dengan tingkat akurasi mencapai 94,68 persen! Tentunya, meskipun telah mencapai tingkat akurasi yang sangat baik, sistem ini masih memerlukan pelatihan lebih lanjut dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang lebih luas agar dapat mengucapkan berbagai jenis kalimat sehari-hari.

Ini adalah terobosan besar yang sangat bermanfaat, terutama bagi mereka yang mengalami gangguan bicara dan kesulitan untuk berkomunikasi secara verbal. Dengan adanya Voice Patch ini, mereka dapat lebih mandiri dan merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, penggunaan teknologi machine learning dalam bidang bioteknologi ini juga membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut dalam memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang kompleks. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara bidang ilmu yang berbeda untuk menciptakan solusi-solusi inovatif yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Dengan adanya temuan ini, diharapkan bahwa teknologi semakin memberikan manfaat yang nyata bagi kehidupan sehari-hari, terutama dalam mendukung kualitas hidup bagi mereka yang membutuhkan bantuan seperti tuna wicara. Langkah ini juga membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang bioteknologi dan machine learning untuk terus menghasilkan inovasi yang dapat merubah dunia menjadi lebih baik.


Bagikan artikel ini