Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat dalam Smart City


Direktur Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB, Prof. Suhono Harso Supangkat

Direktur Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB, Prof. Suhono Harso Supangkat

Populasi perkotaan global melebihi populasi pedesaan dan tren urbanisasi menyebabkan meningkatknya kebutuhan energi, layanan limbah dan air di dalam dan di sekitar kota dan juga menuntut penanganan masalah lingkungan kebencanaan dan lain sebagainya.

Kita memerlukan solusi cerdas yang salah satunya adalah dengan perbaikan energi, jalan, lingkungan. Apabila dilakukan secara konvensional melalui Bupati yang mendatangi ke lokasi tersebut hanya akan mencapai beberapa titik saja. Oleh karena itu, dengan penggunaan sumber daya dan teknologi IoT dapat melihat sejumlah persoalan di kota tersebut dan dapat dilayani atau direspon dengan cepat.

"Kami menggunakan metode Sensing, Understanding, Acting untuk mewujudkan perubahan Smart City menjadi Smart X yang dimana X tersebut dapat berupa negata,kota, pedesaan, desa, sektor. Dengan Smart X, pemanfaatan sumber daya dapat menghasilkan slusi yang smart dengan efektif dan efisien," ujar Direktur Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung, Prof. Suhono Harso Supangkat dalam paparannya pada Webinar How to Build smart city solution to enhance quality of life, Senin (12/9).

Suhono juga menjelaskan definisi dari Smart X merupakan negara/kota/pedesaan/desa/sektor yang dapat mengelola berbagai suber dayanya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan kota menggunakan solusi cerdas untuk menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya.

Dalam mengkatkan kualitas hidup, diperlukan sustainable development goals dan Smart City -ISO/SNI 37122. Kota harus dapat menyelesaikan permasalahan dasar yang dihadapi dan memberikan added value. Solusi cerdas ditujukan untuk menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya.

Tidak hanya kualitas hidup bagi masyarakatnya, Suhono juga menjelaskan cara membangun solusi cerdas melalui metode sensing, undestanding, acting. Sensing melalui teknologi yang merupakan salah satu unsur ekosistem manusia yang mempengaruhi kualitas hidup manusia. Teknologi, melalui berbagai perangkat seperti CCTV, ponsel pintar, dan sensor lingkungan lainnya yang mampu memberikan umpan balik pada perilaku masyarakat sehari-hari dengan lebih cerdas dan bertanggung jawab.

Selanjutnya, pada metode Understanding, menadopsi tata kelola yang cerdas, Artificial Intelligence, Big Data, Machine Learning, dan analitik data. Sebuah kota berkolaborasi dengan pemerintah, industri, akademik, komunitas, dan warga untuk mewujudkan Smart System Platform untuk mewujudkan Smart X, Smart mobility, SME, digitalisasi, teknologi yang aman, Smart Health, dan monitor lingkungan sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang diharapkan. 

"Pada metode step terakhir yakni Acting dengan melakukan tindakan berbasis bukti (evidence based) yang telah didapat melalui proses penginderaan dan pemahaman. Bentuk Action yang yakni dengan pembuatan persetujuan, pengembangan kebijakan dan regulasi, engagement, literasi, penegakan aturan, pengembangan atau modifikasi layanan cerdas" tutur Suhono. 

Marketing & Solutions Director Lintasarta, Ginandjar juga memberikan smart solution dalam membangun smart city melalui digitalisasi ekonomi kolaboratif : Leave No One Behind dengan mengharapkan peningkatan pada pendapatan masyarakat, kontribusi desa, pemerataan infrastruktur, pemerataan layanan, pendapatan pemerintah, monitoring kontribusi masyarakat. 


Bagikan artikel ini