Teknologi Big Data Bisa Dimanfaatkan untuk Mitigasi Bencana


Big Data New

Big Data

Bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini menyadarkan pentingnya sistem mitigasi yang tangguh. Dalam hal ini, big data disebut dapat mewujudkan mitigasi 4.0 untuk mengurangi risiko bencana alam.

Big data merupakan kumpulan data yang sangat besar, baik yang terstruktur maupun yang tidak struktur sekali pun. Sederhananya, big data adalah pengumpulan dan penggunaan informasi dari berbagai sumber untuk membuat keputusan yang lebih baik.

Dalam diskusi yang digelar oleh Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Sumberdaya Manusia (Fema) IPB University dengan tema 'Pemanfaatan Big Data dalam Mitigasi Bencana sebagai Bentuk Komunikasi Risiko dan Krisis' baru-baru ini, Founder PT Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, mengungkapkan bahwa berita dari media daring lebih terstruktur dan mengandung data kebencanaan.

"Dengan mengekstrak data bencana menggunakan teknologi komputasi bahasa, berita daring menjadi lebih representatif dan membahas apa yang tidak ada di media sosial. Karena media sosial cenderung terkena bias pengguna," kata Ismail dalam rilis dari IPB yang diterima detikEdu, Selasa (21/12/2021).

Ia menjelaskan, cuitan warga internet (warganet) di media sosial mengenai kejadian bencana menjadi sumber penting untuk mendapat informasi kebencanaan. Menurutnya, data dari Open Source Intelligence dapat menjadi pemantauan dan analisis kebencanaan di seluruh Indonesia.

Founder Drone Emprit tersebut menambahkan, informasi dari data tersebut dapat diklasifikasi dalam beberapa kategori, yaitu peristiwa bencana, penyaluran bantuan dan lokasi bencana. Dalam hal ini, klasifikasi informasi penting dibuat agar informasi menjadi bermakna untuk monitoring dan analisis.

Melansir dari Detik.com, sistem big data dapat menjadi masukan bagi strategi komunikasi dan penyusunan kebijakan. Ismail berharap strategi komunikasi diperlukan agar publik menjadi subjek dalam mitigasi bencana.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Jurnalis Bencana dan Krisis Indonesia, Ahmad Arif, mengatakan bahwa beberapa negara sukses menggunakan big data selama pandemi, seperti China dan Korea Selatan. Menurutnya, big data dapat dimanfaatkan sebagai komunikasi risiko.

"Di Indonesia, pengendalian data informasi masih dikendalikan oleh pemerintah. Contohnya, data kematian selama pandemi COVID-19 masih berbeda-beda. Komunikasi risiko masih bersifat inkonsistensi," ujar Ahmad.


Bagikan artikel ini