5G Bisa Menjadi Solusi Efisiensi Operasional Industri Manufaktur


Logo Telkomsel

Logo Telkomsel

5G dengan karakteristik latensi rendah, yaitu di bawah satu milidetik memungkinkannya untuk mengerjakan misi-misi penting seperti automasi manufaktur hingga operasi jarak jauh. PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) meyakini dalam beberapa tahun ke depan akan muncul beragam solusi 5G yang memberi banyak manfaat bagi sektor korporasi, khususnya manufaktur.

VP Internet of Things Telkomsel, Alfian Manullang menyampaikan bahwa 5G akan membantu perusahaan untuk bisa bertumbuh, melakukan transformasi digital serta beroperasi dengan lebih efisien melalui segudang kelebihan yang dimiliki oleh 5G. menurutnya, jaringan 5G akan membuat sejumlah solusi teknologi yang sudah ada di industri saat ini semakin berkembang.

Beberapa solusi teknologi yang sudah ada dan diyakini akan berkembang dengan pesat kedepannya ddengan didorong 5G, antara lain seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), big data, serta Internet of Things (IoT).

Tidak hanya itu, Alfian juga menambahkan bahwa perusahaan yang masih bergerak secara manual dapat dibantu dengan konektivitas 5G untuk dapat melakukan sebuah lompatan besar dalam proses transformasi digital.

“Konektivitas digital penting bagi perusahaan yang ingin bertransformasi digital,” tutur Alfian dalam keterangan resminya, melansir dari Bisnis.com, Senin (5/7/2021).

Survei IDC 2021 yang berjudul Manufacturing Insight Survey 2021 sendiri memprediksi bahwa manufaktur di Indonesia akan semakin fokus pada efisiensi pertumbuhan di tahun 2024-2025.

Terutama dengan ketatnya persaingan bisnis di Indonesia, yang mengakibatkan industri manufaktur memprioritaskan kinerja, automatisasi, serta peluang baru dari perspektif inovasi produk dan model bisnis guna bertumbuh dan bersaing. 5G pun bisa mendukung kebutuhan ini.

Alfian kemudian menjelaskan pula bahwa orientasi 5G dan 4G secara umum berbeda. Teknologi 4G berfokus pada manusia, sedangkan 5G berfokus pada manusia dan mesin. Sebagai gambaran, 4G memiliki latensi sebesar 100 milidetik, yang bagi segmen ritel atau manusia latensi setinggi itu tidak dbutuhkan. Namun kecepatan dan kestabilan jaringan lebih penting.

Sementara bagi manufaktur, latensi setinggi 100 milidetik berisiko membuat produk menjadi rusak dan berantakan. Automasi pada pabrik pun hingga kini masih menggunakan kabel, dikarenakan latensi jaringan seluler yang masih terlalu tinggi. Maka dengan kabel, gerak robot dalam manufaktur terbatas.

5G bisa menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut, hal ini dikarenakan 5G memiliki latensi di bawah satu milidetik. Tidak hanya itu, jika 4G hanya dapat mendukung operasi ratusan ribu sensor, 5G dapat mendukung operasi jutaan sensor dalam jarak satu kilometer persegi. Pencapaian ini dapat membuat perusahaan berhemat hingga 50 persen, tergantung kondisi manufaktur.

“Mesin membutuhkan respon sangat cepat seperti IoT, automasi kendaraan, dan lain sebagainya. Respon cepat membantu untuk menjamin keselamatan,” kata Alfian.


Bagikan artikel ini