5G Jadi Era Baru Industri Telekomunikasi dengan Harga Terjangkau


5G

Ilustrasi 5G

Industri telekomunikasi pada tahun 2021 ini semakin melaju ke arah digital, seiring dengan percepatan digital yang merupakan dampak dari pandemi. Bahkan berdasarkan Ericsson Mobility Report, data trafik seluler mengalami peningkatan hingga 300 kali lipat dari tahun 2011, yang merupakan tahun pertama terbitnya Ericsson Mobility Report.

Pernyataan bahwa 5G akan menjadi generasi seluler tercepat saat ini pun diperkuat dengan dengan perkiraan terbaru, yaitu akan ada hampir 660 juta pelanggan 5G hingga akhir tahun 2021. Jumlah pelanggan seluler di Asia Tenggara serta Oseania sendiri telah mencapai 1,1 miliar, dan Indonesia berada di urutan kedua secara global berdasarkan net additions selama kuartal III di tahun 2021.

Indonesia tercatat memiliki net additions sebesar 23 juta selama kuartal III, dengan jumlah berlangganan 5G di wilayah tersebut diperkirakan akan mencapai hampir 15 juta pada akhir 2021. Selain itu, jumlah ini pun akan tumbuh positif selama beberapa tahun ke depan dengan perkiraan total sekitar 560 juta pada 2027 mendatang.

Head of Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal pun menyampaikan, bahwa pada fase awal pengenalannya di Indonesia, 5G memungkinkan penyedia layanan untuk dapat memberikan pengalaman broadband seluler yang lebih baik bagi konsumen. Selain itu, juga meningkatkan kapasitas jaringan untuk mengelola data trafik yang terus meningkat.

“Seiring berjalannya waktu, kami berharap akan munculnya 5G use cases baru yang inovatif pada bidang 5G untuk bisnis dan IoT (internet of things) use cases,” tutur Ronni dalam keterangan resminya, melansir dari Kontan.co.id, Selasa (28/12/2021).

Sementara Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Joseph Matheus Edward menuturkan bahwa pada era 5G, pelanggannya bukan hanya manusia, tetapi juga internet of things (IoT).

Pada kota-kota dan korporasi, pertumbuhan perangkat IoT disebut lebih besar dibandingkan pengguna manusia. Pangsa pasar terbesar pun adalah kontrak dengan korporasi yang memanfaatkan IoT sebagai salah satu solusi operasional mereka.

“Pasar baru untuk manusia, sudah mulai jenuh. Oleh karena itu mulai dengan pelanggan IoT, dan yang terpenting bagi pelanggan adalah ketersediaan jaringan 4G+ atau 5G yang andal dan memiliki harga terjangkau,” tutur Ian.

Ian pun menegaskan, dengan adanya merger antar operator seperti Indosat Ooredoo dan 3 Indonesia, persaingan tetap terjaga. Bisnis telekomunikasi pun tetap menarik dengan model bisnis baru seperti integrasi transportasi. Jika layanan baik, maka nilai bisnis pun akan dengan sendirinya meningkat.


Bagikan artikel ini