Alibaba Luncurkan Qwen3, Model AI Hibrida untuk Penalaran
- Rita Puspita Sari
- •
- 15 jam yang lalu

Ilustrasi Alibaba Qwen
Kecerdasan buatan (AI) terus berkembang pesat, dan salah satu bidang yang menjadi pusat perhatian adalah kemampuan AI dalam melakukan penalaran yaitu kemampuan untuk berpikir secara logis, menyelesaikan masalah kompleks, dan membuat keputusan seperti manusia. Namun, belakangan ini para peneliti mulai menyadari bahwa ada batasan tertentu dalam pengembangan model AI Penalaran. Di tengah tantangan itu, Alibaba baru saja meluncurkan Qwen3, sebuah keluarga model AI baru yang disebut “hibrida”, sebagai solusi potensial.
Apa itu Qwen3? Apa peran AI Penalaran (AI Reasoning) dalam teknologi saat ini? Dan mengapa perkembangan di bidang ini mulai melambat? Mari kita bahas satu per satu secara sederhana dan mudah dipahami.
Apa Itu Model AI Penalaran?
Model AI Penalaran atau AI Reasoning adalah jenis kecerdasan buatan yang dirancang untuk meniru cara berpikir manusia, terutama saat menghadapi masalah yang membutuhkan pemahaman mendalam, logika, atau pemrosesan informasi yang kompleks. Contohnya, ketika AI diminta memecahkan soal matematika tingkat tinggi, menulis kode pemrograman rumit, atau mengambil keputusan berbasis skenario tertentu, maka ia menggunakan kemampuan penalaran.
Beberapa model AI yang terkenal karena kemampuannya dalam penalaran adalah GPT-4 dan model O-series milik OpenAI, seperti o3. Model-model ini menjadi unggulan karena bisa menunjukkan peningkatan kinerja yang luar biasa, terutama dalam pengujian yang melibatkan logika dan algoritma.
Mengapa Kemampuan Penalaran AI Sangat Penting?
Kemampuan penalaran merupakan langkah penting menuju AI yang benar-benar “pintar”. Dengan penalaran yang baik, AI tidak hanya sekadar menjawab berdasarkan hafalan atau data, tetapi juga bisa menyimpulkan, berargumen, dan menyusun solusi baru. Ini sangat dibutuhkan di berbagai bidang seperti:
- Kesehatan: membantu dokter menganalisis diagnosis rumit.
- Keuangan: menilai risiko investasi dengan mempertimbangkan banyak variabel.
- Hukum: menafsirkan undang-undang dan menyarankan keputusan hukum.
- Pendidikan: menjelaskan konsep matematika atau sains secara mendalam.
Namun, membangun AI dengan penalaran tinggi tidak mudah. Di balik kemampuannya, ada biaya dan daya komputasi yang sangat besar.
Tantangan Besar dalam Mengembangkan Model AI Penalaran
Menurut laporan dari Epoch AI, lembaga riset AI nirlaba, kita sedang berada di titik di mana kemajuan dalam pengembangan model AI Penalaran mungkin akan melambat. Bahkan, mereka memperkirakan bahwa dalam setahun ke depan, kita mungkin tidak akan melihat lompatan performa yang besar seperti sebelumnya.
Mengapa hal ini terjadi?
- Biaya dan Komputasi yang Tinggi
Agar model AI mampu melakukan penalaran dengan baik, ia harus melalui dua tahap pelatihan:
- Pretraining: tahap pelatihan awal menggunakan miliaran data teks.
- Reinforcement Learning : tahap lanjutan yang memberi umpan balik agar AI bisa belajar dari kesalahan dan berpikir lebih baik.
Masalahnya, tahap kedua ini membutuhkan daya komputasi yang sangat besar dan mahal. Menurut OpenAI, untuk melatih model o3, mereka menggunakan 10 kali lebih banyak komputasi dibanding o1 (model sebelumnya). Sebagian besar energi itu digunakan untuk reinforcement learning.
- Batas Fisik dan Teknologi
Menurut Josh You, analis dari Epoch AI, komputasi reinforcement learning meningkat 10 kali lipat setiap 3–5 bulan, tapi ini tidak bisa terus dilakukan selamanya. Ada batasan fisik, keuangan, dan teknis yang harus dihadapi.Artinya, meskipun kita menambah daya komputasi, hasilnya tidak akan selalu sebanding. Dalam beberapa tahun, kemungkinan besar kita akan mencapai titik di mana menambahkan lebih banyak komputasi tidak lagi memberikan peningkatan besar pada performa AI Penalaran.
Masalah Lain: AI Penalaran Masih Sering Mengarang
Meskipun model AI penalaran tergolong canggih, ternyata masih ada kelemahan serius. Beberapa studi menunjukkan bahwa model ini lebih sering “mengarang” jawaban dibanding model konvensional.
Contoh: Ketika AI diminta menyelesaikan soal matematika tingkat tinggi, ia bisa menyajikan langkah-langkah yang terlihat logis tapi hasilnya salah. Ini karena model AI sering mengandalkan pola-pola dalam data sebelumnya, bukan benar-benar “mengerti” konsep yang diproses.
Masalah ini menjadi catatan penting bagi industri, karena AI Penalaran saat ini sangat mahal untuk dijalankan. Bila hasilnya masih bisa keliru, maka perlu ada pertimbangan ulang dalam cara mengembangkan dan menggunakan model seperti ini.
Jawaban dari Alibaba: Peluncuran Qwen3
Melihat tantangan tersebut, perusahaan teknologi besar asal Tiongkok, Alibaba, menghadirkan solusi melalui peluncuran Qwen3, yaitu keluarga model AI “hibrida” yang dirancang untuk lebih efektif dalam penalaran.
Apa yang Dimaksud dengan Model AI “Hibrida”?
Dalam konteks AI, istilah hibrida mengacu pada pendekatan gabungan yang mengombinasikan berbagai teknik AI sekaligus, seperti:
- deep learning
- reinforcement learning
- symbolic reasoning
Tujuan dari model hibrida ini adalah mengatasi kekurangan masing-masing metode dengan menggabungkannya menjadi satu sistem yang lebih seimbang dan kuat.
Qwen3 dikembangkan dengan pendekatan ini. Alibaba berharap, dengan menggabungkan berbagai pendekatan AI, Qwen3 bisa memberikan performa penalaran yang tinggi tanpa harus mengorbankan waktu dan biaya terlalu besar.
Apa Keunggulan Qwen3 Dibanding Model Lain?
- Lebih Hemat Komputasi
Dengan pendekatan hibrida, Qwen3 diharapkan mampu berpikir secara efisien tanpa membutuhkan komputasi sebesar GPT-4 atau o3. - Kemampuan Penalaran yang Lebih Akurat
Pendekatan kombinasi antara logika simbolik dan pembelajaran mesin membantu Qwen3 lebih akurat dalam mengambil keputusan. - Fleksibel untuk Berbagai Kebutuhan Industri
Qwen3 dapat digunakan untuk keperluan e-commerce, logistik, layanan pelanggan, dan lain-lain area yang merupakan kekuatan utama Alibaba.
Apakah Qwen3 Akan Jadi Pemain Besar di Dunia AI?
Meskipun masih baru, Qwen3 memiliki potensi besar. Saat banyak perusahaan AI dunia fokus pada peningkatan komputasi sebagai solusi, Alibaba mencoba pendekatan yang berbeda: inovasi dalam struktur dan metode.
Pendekatan ini bisa menjadi strategi cerdas di saat daya komputasi makin mahal dan keterbatasan mulai terasa. Jika Qwen3 berhasil menunjukkan kinerja penalaran tinggi dengan biaya lebih rendah, maka model ini bisa menggeser dominasi model dari Barat seperti GPT-4 dan Claude dari Anthropic.
Masa Depan AI Penalaran: Harus Realistis tapi Optimis
Analisis dari Epoch AI bukan untuk menghalangi kemajuan teknologi, melainkan mengingatkan kita agar berpikir realistis. Kita tidak bisa terus berharap bahwa model AI akan terus meningkat setiap tahun tanpa batas.
Namun, ada peluang besar untuk inovasi. Model hibrida seperti Qwen3 dari Alibaba membuktikan bahwa dengan pendekatan yang berbeda, kita bisa tetap meningkatkan kemampuan AI tanpa harus mengandalkan sumber daya yang berlebihan.
Alibaba dengan Qwen3 mencoba membuka jalan tersebut. Dengan menggabungkan berbagai teknik AI menjadi satu model hibrida, mereka berusaha menciptakan AI yang lebih cerdas, efisien, dan praktis.
Bagi dunia AI, ini adalah sinyal bahwa kita tidak harus selalu mengandalkan kekuatan komputasi besar. Kadang, yang kita butuhkan adalah ide baru dan pendekatan segar dan Qwen3 bisa jadi contohnya.