BSSN Harapkan Masyarakat Awareness Terhadap Keamanan Informasi


Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN

Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton Setiawan S.Si., M.M.

Sepanjang tahun 2019, termonitoring oleh pihak BSSN mendektsi adanya sekitar 290,3  juta serangan siber dan internet di Indonesia. Dan yang paling terbesar adalah percobaan pembocoran data diikuti dengan serangan menggunakan metode Malware. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, serangan terbesar pada tahun 2019 adalah serangan percobaan pembocoran data yang menjelaskan semua informasi dan data berhasil dikumpulkan dan telah terjadi pembocoran data. Akan tetapi indikasi tersebut menjadi penting dan menjadi perhatian bagi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Menurut Verizon Data Breach Investigations Report tahun 2020 yang terbaru bahwa 45 insiden kebocoran data dipicu oleh aktivitas hacking. 58 persen menargetkan data pribadi dan kalau ditinjau korbannya ialah delapan persen merupakan pelaku usaha kecil sehingga BSSN tidak hanya memberikan perhatian kepada bisnis besar melainkan perusahaan kecil juga menjadi target terutama di masa pandemi ini.

Selain itu, lebih dari 80 persen terkait pembocoran data berhubungan erat dengan pencurian kartu kredit kredensial seperti pembayaran untuk pasar gelap dengan data pribadi yang dicantum dalam kartu tersebut. Dari masalah-masalah yang terjadi, BSSN ingin memberikan perhatian lebih terkait kemanan data nasional, terlebih data-data pribadi yang menyangkut kehidupan orang lain.

“BSSN menaruh perhatian serius terkait keamanan data, penguatan regulasi, dan peningkatan kapasitas keamanan siber, serta kolaborasi antar pemangku kepentingan dan menjadi fokus membangun keamanan siber nasional,” ungkap Anton Setiyawan, Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN dalam Webinar BSSN “Proteksi Aplikasi Web dari Pembocoran Data” yang digelar oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), pada Rabu (14/10).

Dalam meningkatkan kapasitas keamanan siber tersebut, selaku Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton Setiyawan telah menyelenggarakan beberapa program yang langsung ditujukan kepada masyarakat, diantaranya; program kampanye literasi keamanan siber diberbagai kota di Indonesia, program bimbingan teknis terkait indeks keamanan informasi.

Program selanjutnya ialah program bimbingan teknis penilaian mandiri keamanan informasi yang baru saja di-launching oleh Bapak Kepala dan akan menjadi pedoman dan strategi BSSN dalam membentengi pelaku UKM untuk Go-Digital, kemudian pengembangan aplikasi startup digital merupakan bagian dari ekosistem terutama dalam hal webinar untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam hal penanganan kerentanan dari berbagai ancaman siber yang ada.

Peningkatan kapasitas ini tidak dapat berjalan secara instan atau secara langsung, namun bisa dimulai dengan cara awareness kampanye kesadaran keamanan informasi dari lingkup terkecil di lingkungan masing-masing sesuai dengan kapasitas dan peran masing-masing.

Situasi pandemi ini memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat. Mendorong semua akitivitas untuk dilakukan secara daring. Dengan hal-hal tersebut maka menjadi tantangan bersama khususnya dalam hal penangan kerentanan dan pencegahan kebocoran data diranah siber karena ancaman kejahatan siber meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas keseharian masyarakat di dunia maya.

Seperti yang telah banyak diketahui oleh masyarakat, layanan yang kita temukan di internet  memiliki pintu utama berupa aplikasi web. Hal ini merupakan pintu layanan bagi banyak institusi berhubungan langsung dengan konsumennya. Internet termasuk layanan yang berkaitan dengan sektor ekonomi digital seperti online shop, market place, dll. Keamanan web menjadi vital dalam kegiatan ekonomi di dunia siber.

Anton Setiyawan berharap dalam webinar kali ini, masyarakat dapat mengambil manfaat berupa wawasan dan kewaspadaan serta pemahaman bersama terkait penanganan kerentanan dan pencegahan kebocoran informasi. Pada akhirnya BSSN berharap terwujud ekosistem siber yang aman dan nyaman bagi masyarakat Indonesia sehingga terwujud keamanan nasional dan peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional.

“Harus dipahami bersama bahwa isu keamanan siber adalah hal penting yang tidak hanya menjadi perhatian satu pihak saja melainkan seluruh pihak, baik pemerintah, ekonomi digital, pelaku usaha maupun publik mengingat potensi ancaman siber tidak terbatas oleh waktu dan wilayah. Diperlukan komitmen dari seluruh pihak untuk serius  dalam meningkatkan keamanan siber,” tandas Anton.

Founder CBQA Global IT Governance Expert, Anwar Siregar juga menjelaskan mengenai keamanan informasi merupakan terjaganya informasi dari kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan dengan menerapkan proses manajemen resiko. Untuk pengembangan aplikasi khusus diperlukan pengamanan layanan aplikasi pada jaringan publik dan perlindungan transaksi layanan aplikasi.


Bagikan artikel ini