Industri Manufaktur Jadi Sasaran Utama dari Serangan Siber


Ilustrasi Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Laporan terbaru dari IBM Security X-Force Intelligence Index menyebut bahwa industri manufaktur merupakan sektor yang menjadi sasaran utama serangan siber secara global, hal ini pun terjadi karena beberapa alasan.

Menurut Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB, Ian Yosef M. Edward, hal ini dikarenakan banyaknya industri yang belum memiliki kesadaran masalah keamanan ‘security awareness’ data atau dalam skala keamanan data masih di posisi satu, bahkan kurang nilai 5 yang merupakan nilai maksimum.

“Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi mengenai kesadaran keamanan. Sebab, industri manufaktur memiliki risiko yang tinggi mulai dari produksi yang gagal atau cacat, jumlah yang tidak sesuai, serta secara sistem bisa mati total,” tutur Ian dalam keterangan resminya, melansir dari Bisnis.com, Selasa (15/3/2022).

Ian menyampaikan, jika terkait dengan masalah cyber security atau keamanan siber pada perusahaan, maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah siapa pelakunya. Selanjutnya, adalah siapa orang dalam yang memiliki akses, pihak ketiga yang memiliki akses, hingga orang dalam atau pihak ketiga yang sudah keluar dari perusahaan tetapi masih memiliki akses.

Sementara secara terpisah, Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengakui bahwa tidak mudah untuk melakukan antisipasi terhadap masalah kejahatan di dalam industri manufaktur. Namun salah satu upaya yang kini banyak diterapkan adalah melakukan pendekatan Privilege Access Security.

“Ini adalah pendekatan-pendekatan melalui pembangunan kesadaran budaya digital di kalangan organisasi, perusahaan, dan pabrik-pabrik di mana kita harus mulai belajar mengenal cara berpikir dan cara kerja para peretas,” jelas Ardi.

Bagi Ardi, motivasi dari para pelaku serangan siber bukanlah hal yang utama. Pelaku serangan siber seperti peretas ini sering menggunakan teknik-teknik phishing dalam melakukan serangannya dengan memanfaatkan kerentanan-kerentanan yang sudah diketahui untuk memperoleh akses.

Ardi melanjutkan, dari sini mereka biasanya akan melakukan eksploitasi terhadap privilege account yang memiliki security credentials paling kuat. Tujuan tindakan ini adalah untuk mempelajari kerentanan yang ada. Jika peretas tidak dapat menembus akun-akun ini, maka tindakan peretasan tidak akan bisa dilanjutkan dan akses dapat dilindungi.

“Jadi sangat penting untuk melindungi Privilege Account Access ini dengan segala cara, baik dengan sistem password yang kuat atau sistem biometrik yang sulit untuk digandakan atau ditiru,” tutup Ardi.


Bagikan artikel ini