Kemenperin Wujudkan Ekosistem Inovasi Industri 4.0


Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kemenperin

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Doddy Rahadi

Kementrian Perindustrian (Kemenperin) terus fokus untuk mewujudkan ekosistem inovasi industri 4.0. Hal ini dilakukan dengan mendorong balai-balai binaan di seluruh Indonesia agar bertransformasi menjadi unit kerja yang lebih inovatif, terutama dalam menyiasati adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi COVID-19. 

“Upaya ini akan terus kami kembangkan untuk menyosialisasikan, menciptakan, dan testing solusi industri melalui jasa konsultasi, jasa sertifikasi, jasa pelatihan dan jasa pemanfaatan teknologi yang berkelanjutan,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, Senin (28/9/2020).

Balai industri yang saat ini dimiliki oleh Kemenperin, Doddy menyampaikan, dianggap sebagai lembaga terdepan untuk menerapkan peta jalan Making Indonesia 4.0.

Doddy melanjutkan, untuk mewujudkan ekosistem inovasi industri 4.0 Kemenperin juga menyusun panduan mengenai Learning Factory Industri 4.0 dan assessment technoware, infoware, humanware, dan organware (THIO).

Panduan yang disusun merupakan alat yang digunakan oleh Balai Besar serta Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri untuk meningkatkan pelayanan terhadap berbagai usaha, dengan memanfaatkan teknologi industri 4.0. 

Learning Factory Industri 4.0 sendiri merupakan platform yang berisi metode penerapan industri 4.0 bagi perusahaan manufaktur di Indonesia, yang melibatkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang terus mendukung majunya sektor perindustrian Indonesia.

“Tingkat keberhasilan Learning Factory Industri 4.0 tidak hanya diukur dari sisi ekonomi, akan tetapi harus diukur juga dari keuntungan intangible, seperti jumlah industri yang menerapkan industri 4.0, jumlah SDM yang up skilling, jumlah teknologi tepat guna, dan jumlah paten yang dihasilkan,” jelas Doddy.

Kemenperin melakukan assessment THIO untuk melihat kesiapan teknologi, SDM, serta sistem informasi dan organisasi yang dimiliki industri. Proses assessment THIO dilakukan untuk mendukung pembuatan Learning Factory Industri 4.0.

Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dari assesment yang dilakukan, menurut Doddy adalah hal yang sangat penting. Identifikasi kendala akan menjadi landasan rekomendasi untuk pembuatan demonstrasi pemanfaatan teknologi industri 4.0, salah satunya ketersediaan jaringan koneksi dan fasilitas digital yang mendukung.

Doddy mengingatkan jika saat ini, tanpa disadari industri sudah menunggu solusi dari pemerintah terkait contoh sukses pemanfaatan teknologi industri 4.0. 

“Sebab, teknologi industri 4.0 memberikan kemudahan akses digital secara real time serta meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur,” ungkap Doddy. 

Kemenperin saat ini juga aktif menjalin koordinasi dengan membangun jejaring kerja sama antar pemangku kepentingan untuk mempercepat transformasi industri 4.0. Hal ini dilakukan melalui inisiasi ekosistem industri 4.0 yang disebut Ekosistem Indonesia 4.0 (SINDI 4.0).


Bagikan artikel ini