Teknologi AI Disebut Mudahkan Hacker dalam Menyebarkan Malware


Data Hacker

Ilustrasi Data Hacker

Fakta membuktikan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sangat memudahkan berbagai aspek kehidupan manusia.

Namun, teknologi AI juga bisa dimanfaatkan para penjahat siber atau hacker untuk melancarkan aksi kejahatannya.

Pejabat Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat mengatakan saat ini hacker memanfaatkan model AI open source untuk mengembangkan dan menyebarkan jenis malware baru.

"Dengan AI, mereka dapat melakukan serangan phishing atau upaya untuk mencuri data pribadi melalui berbagai bentuk penipuan. Tren serangan ini akan semakin meningkat," kata pejabat FBI seperti dikutip Toms Guide.

FBI juga melihat adanya peningkatan jumlah konten palsu yang dibuat AI untuk menyerang pengguna awam. Misalnya, teknologi AI mampu membuat email palsu dan situs web palsu untuk melancarkan serangan phishing.

Meskipun FBI tidak menyebutkan model AI yang digunakan hacker untuk serangan siber itu tetapi FBI menyiratkan para hacker seringkali menggunakan alat atau program open source yang tersedia secara gratis.

Melansir dari Info Komputer, FBI juga menyoroti isu keamanan deepfake. Deepfake adalah konten palsu yang dibuat menggunakan rekayasa gambar dan video dengan bantuan AI, yang kemudian diakui sebagai sesuatu yang nyata.

Hal ini membuatnya sulit untuk membedakan antara konten deepfake dan konten asli. Mengingat risiko dari penggunaan AI dalam hal ini, beberapa perusahaan teknologi terkemuka, termasuk OpenAI, induk Google, Alphabet, dan Meta, telah berkomitmen untuk menggunakan "penanda" pada konten yang dihasilkan oleh AI.

Komitmen ini diumumkan di Gedung Putih dan dipimpin oleh Presiden Joe Biden pada akhir Juli lalu. Tujuh perusahaan tersebut berjanji untuk menguji sistem dengan cermat sebelum merilisnya dan berbagi informasi tentang cara mengurangi risiko serta investasi dalam keamanan siber.

Mereka akan mengembangkan sistem penanda untuk semua konten yang dihasilkan oleh AI, termasuk teks, gambar, audio, dan video, sehingga pengguna dapat mengenali konten yang dibuat dengan bantuan AI.

Perusahaan-perusahaan tersebut juga berkomitmen untuk melindungi privasi pengguna saat teknologi AI semakin berkembang. Mereka akan memastikan teknologi AI mereka bebas dari bias dan tidak digunakan untuk mendiskriminasi kelompok tertentu.

Selain itu, ada komitmen lain untuk mengembangkan solusi AI guna mengatasi masalah ilmiah, termasuk penelitian medis dan mitigasi perubahan iklim.


Bagikan artikel ini