Teknologi Jaringan 5G Diharapkan Segera Diterapkan di Indonesia


Jaringan 5G

Ilustrasi Jaringan 5G

Lektor Kepala STEI Institut Teknologi Bandung (ITB) M. Ridwan Effendi, menilai bahwa teknologi jaringan generasi kelima (5G) perlu segera diterapkan di Indonesia karena memiliki banyak potensi serta berhubungan langsung dengan kegiatan masyarakat, mulai dari perekonomian, pendidikan hingga kebutuhan hidup sehari-hari.

“Ternyata gaya hidup manusia itu semakin lama semakin meningkat dari biasanya,” ungkap Ridwan dalam diskusi Kominfo, dikutip Selasa, (16/02). Kebiasan menonton TV analog, bertelpon, bertukar SMS, kini digantikan dengan kebiasaan mengirim pesan chat, menonton video streaming on demand, yang tidak mungkin dilakukan dengan generasi teknologi seluler sebelumnya.

Secara garis besar, Ridwan menjelaskan 5G membawa low latency bermanfaat untuk kegiatan telemedicine serta menumbuhkan konektivitas antar perangkat atau Internet of Things (IoT). Pandemi COVID-19 juga menjadi salah satu pengaruh terdorongnya penggunaan kapasitas internet yang besar untuk kegiatan bekerja dari rumah dan pembelajaran jarak jauh.

“Tentunya iini membutuhkan suatu lebar pita yang besar dan tidak semua bisa terkoneksi dengan jaringan fixed, oleh karena itu maka teknologi 5G ini menjadi alternatif, bagaimana kita bisa terkoneksi dengan dunia sekeliling kita, bisa bekerja dengan kecepatan yang cukup, sehingga tidak mengalami hambatan bekerja,” ucap Ridwan.

Kementerian Kominfo, menurut Wijanarko, saat ini sedang mengupayakan rasionalisasi harga biaya hak penggunaan frekuensi untuk penggunaan microwave e-band, yang menurut kaian asosiasi operator telekomunikasi global, GSMA diprediksi akan meningkat penggunaannya di masa mendatang.

Dengan Teknologi Dynamic Spectrum Sharing (DSS), 5G dapat digunakan pada pita frekuensi yang telah ada, sehingga 4G dan 5G dapat memancar di kanal bersamaan. Wijanarko menyatakan bahwa jaringan 4G dan 5G saling melengkapi, bukan sebagai pengganti satu sama lain.

Bila dilihat dari sisi demand, kegiatan bekerja dari rumah dan pembelajaran jarak jauh juga membuktikan bahwa kebutuhan bandwidth semakin tinggi. Selain itu, program Satu Data juga membutuhkan koneksi untuk mengirim data dari level desa ke pusat, sehingga 5G juga bisa menjadi solusi pengiriman data.

Proyek nasional Industri 4.0 membuat ibu kota yang rencanya mengusung penggunaan transportasi berbasis kendaraan autonomous, mau tidak mau hanya 5G yang dapat menyelesaikan layanan tersebut. Ditambah, Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 2022, yang juga mengharapkan kehadiran 5G di dalamnya.

“Jadi, kalau dari segi demand sudah jelas, dari supply demand sudah jelas, bisa dibilang Indonesia sudah siap untuk menuju era jaringan teknologi 5G,” kata Wijanarko.


Bagikan artikel ini