Telkom Indonesia Berharap Solusi IoT Pada Smart Manufacturing


IOT

Ilustrasi IOT

Implementasi solusi internet of things (IoT) untuk mencapai smart manufacturing harus dilakukan secara bertahap. Langkah ini mengurangi resistensi pelaku usaha dan mencapai tingkat efisiensi yang maksimal.

Implementasi IoT di era Industry 4.0 adalah suatu keniscayaan. Mengingat distrupsi di industri manufaktur selalu terjadi dari era industri 1.0 hingga 3.0.

"Namun, IoT haruslah menjadi solusi atas masalah yang terjadi di lapangan sehingga memberikan manfaat yang nyata agar penerimaan terhadap teknologi tersebut meningkat,” ujar Squad Leader Manufaktur Telkom Indonesia, Fariz Alemuda,  dalam paparan daring, Rabu (11/5). 

Sekretaris Apindo Jawa Barat, Martin B. Chandra  menjelaskan, masih ada beberapa hambatan dalam implementasi smart manufacturing. Yaitu investasi baru yang memerlukan biaya tinggi, mayoritas pengambil keputusan masih di tangan generasi baby boomers, keterbukaan arus finansial, SDM memerlukan pelatihan khusus, risiko PHK, khawatir akan dampak politis terhadap teknologi yang dibeli dari negara tertentu, dan ketergantungan terhadap sesuatu yang beyond control.

Saat ini perusahaan atau pemilik perusahaan sangat berhati-hati dalam menyikapi digitalisasi ini. "Tentu saja salah satu concern utamanya adalah biaya investasi yang harus dikeluarkan. Ditambah risiko pengurangan tenaga kerja bagi perusahaan padat karya yang banyak di Jawa Barat,” ujarnya.

Namun, tidak semua hal harus diubah menjadi solusi IoT. Perlu penilaian dan evaluasi di awal untuk melihat titik-titik pemasalahan dan solusi IoT terbaik dari sisi kinerja maupun biaya yang bisa diimplementasikan.

"Telkomsel telah memiliki rekam jejak implementasi IoT untuk manufaktur. Kata kuncinya ada perlu adanya pemetaan kebutuhan di awal, melihat aspek mana yang perlu di IoT-kan," ujar GM Industrial IoT Telkomsel, Fadli Hamsani.


Bagikan artikel ini