Telkom Penuhi Standar Internasional Guna Perkuat Data Center


Data Center Ilustrasi

Ilustrasi Data Center

Sebuah data center  harus kuat menghadapi segala macam bencana agar bisnis bisa terus berjalan. Oleh karena itu, data center perlu memenuhi standar internasional yang penempatannya bersifat khusus atau tidak sembarangan, termasuk memperhatikan sisi catu daya, tahan gempa, kebakaran, serta jaminan kemampuan untuk beroperasi selama 24/7.

"Data center menjadi urat nadi internet, termasuk di Indonesia, apalagi yang terhubung dengan Indonesia internet exchange. Jika bermasalah maka akan berdampak ke masyarakat luas. Kita belajar banyak dari kebakaran data centeryang terjadi baru-baru ini. Gedung tersebut memang tidak didesain untuk penempatan data center, apalagi untuk mengantisipasi bencana, baik itu banjir, gempa, dan kebakaran," ujar Direktur ICT Institute Heru Sutadi yang dikutip melalui Berita Satu, Minggu (26/12/2021).

Direktur Wholesale & International Service PT Telkom Indonesia, Bogi Witjaksono menjelaskan beberapa standar yang harus dipatuhi pemilik data center di antaranya suppression system untuk ruang server dan data center harus memenuhi kualitas aman di udara.

Aturan ini ada dalam dokumen NFPA 75 Standar for protection of Information Technology. NFPA 75 adalah standar untuk perlindungan kebakaran peralatan teknologi informasi.

 

"Untuk proteksi kebakaran di data centerada dua jenis, yakni pasif dan aktif. Sisi pasif mencakup desain arsitektur dan instalasi material, sedangkan aktif mencakup sistem deteksi kebakaran, pencegah kebakaran, dan penyiram api. Sistem deteksi aktif bisa menggunakan Very Early Smoke Detection Apparatus (VESDA) yang berfungsi mendeteksi asap pada tahap yang sangat awal dan memperingatkan pengguna," jelas Bogi.

Selain itu, kata Bogi, pemilihan lokasi data center juga penting. Adapun yang harus dipertimbangkan dan dievaluasi adalah assessment potensi bencana, sampai proximity to public area. Selain lahan, pembangunan gedung data center harus mempertimbangkan aspek teknis floor loading, kekuatan dinding untuk menghadapi bahaya dari luar. Sedangkan dalam perencanaan, instalasi, dan perawatan data center harus melalui standar-standar yang berlaku, salah satunya pada media suppression bisa berbahaya jika tidak didesain secara benar.

"Sejalan dengan tingginya kebutuhan internet dan produk digital oleh masyarakat di Indonesia, Telkom terdorong untuk mengakomodasi terbentuknya ekosistem digital, salah satunya melalui ekosistem data center dan Edge dimana Neucentrix merupakan bagian dari ekosistem tersebut. NeuCentrIX sendiri telah bersertifikat ANSI/TIA-942, sehingga pusat data neuCentrIX telah memenuhi standar NFPA 75 untuk proteksi kebakaran," kata Bogi.

Sertifikasi Desain ANSI/TIA-942 Tier 3 yang dimiliki NeuCentIX didapat langsung dari Telecommunications Industry Association (TIA) sebagai karakteristik penting data center yang bisa diandalkan.

Hal ini pun membuat Telkom wajib menerapkan standar yang berlaku secara global, termasuk dalam mengantisipasi kebakaran, seperti yang disebutkan Bogi.

NeuCentrIX sendiri merupakan data center carrier-neutral yang menyediakan layanan colocation, connectivity, layanan cloud, akses kokten (CDN) dan internetexchange.

NeuCentrIX juga menghadirkan tipe data center terlengkap, mulai dari Microscale/Edge DC, DC Regional dan Core DC (Hyperscale DC) dengan distribusi cakupan domestik dan global.

NeuCentrIX telah tersebar di 16 kota di seluruh Indonesia dan akan bertambah seiring dengan kebutuhan. Data center yang termasuk Tier 3 tersebar di tiga wilayah Jawa dan luar Pulau Jawa, yakni Batam Center, Jakarta Karet dan Meruya.

Total data center yang dimiliki Telkom mencapai 26, yang terdiri dari lima data center internasional, 18 Neucentrix serta tiga data center tier 3 dan 4.


Bagikan artikel ini