Tiga Sektor ini Gencar Adopsi IoT Selama Pandemi


Ilustrasi Internet of Things

Ilustrasi Internet of Things (IoT)

 

Tiga sektor di Tanah Air semakin gencar mengadopsi Internet of Things (IoT) selama masa pandemi, yaitu sektor pertanian, kesehatan, dan energi. Hal ini terjadi seiring dengan kebutuhan untuk penegakan protokol kesehatan dan transformasi digital.

Pandemi corona memaksa banyak sektor berinovasi, termasuk memanfaatkan teknologi. IoT dimanfaatkan untuk pencegahan penularan virus corona oleh pelaku usaha maupun pemerintah di sektor kesehatan.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIoTI) Teguh Prasetya mengatakan,   sektor kesehatan yang berbasis digital (digital healthcare) di masa pandemi ini dipaksa tumbuh pesat untuk terhubung dengan internet. Hal tersebut terjadi antara lain karena meningkatnya kebutuhan perangkat deteksi panas di pasar ritel/pusat perbelanjaan (retail market thermal detection) dan perangkat kendali pengontrolan (remote monitoring) yang membutuhkan koneksi internet.

Thermal detector adalah alat untuk mengecek suhu tubuh melalui kamera pemindai. Alat ini biasanya digunakan oleh pengelola perkantoran atau sejumlah fasilitas publik seperti bandara. Sedangkan remote monitoring adalah alat untuk mengontrol sistem secara jarak jauh, contohnya robot Raisa besutan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

Selain itu, adopsi perangkat berbasis IoT juga tumbuh pesat pada sektor pertanian, terutama karena kebutuhan remote monitoring yang juga sangat tinggi. Pelaku sektor ini disebut sampai kesulitan untuk menempatkan orang secara khusus untuk menggawanginya.

“Jadi, banyak sekali sensor-sensor IoT yang dibenamkan di sana," kata Teguh, dalam acara virtual IoT Device Makers Creation 2020 for Resilience in The Face of Pandemics, Rabu (29/7).

Selain itu, pelaku usaha di sektor energi air, listrik maupun gas kerap memonitor tempat penyimpanan menggunakan IoT. Penyaluran energi juga bisa dipantau melalui teknologi ini.

“Para perusahaan juga melakukan actuating (memakai IoT) agar terus tumbuh," ujar Teguh.

Teguh juga melihat adanya potensi pertumbuhan penggunaan perangkat IoT pada sektor industri pengolahan (manufaktur). Setelah terpukul dan sempat harus tutup karena pandemi Covid-19, sektor manufaktur kini butuh peralatan industri berbasis IoT (industrial’s IoT) untuk menyesuasikan diri dengan kebiasaan baru (new normal).

"Ini terjadi terutama di kawasan-kawasan itu. Pengunaan IoT menjadi kebutuhan baru untuk saat ini dan mereka akan mengimplementasikan setelah kondisi Covid-19 agak mereda," kata Teguh.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SPPI) Kementerian Kominfo, Ismail mengatakan pemanfaatan IoT saat era normal baru (new normal) terus berkembang.

"Apalagi jika dikombinasikan dengan solusi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), pasti bisa bermanfaat pabrik dan lainnya," ujar Ismail. 

Sebelumnya, Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro menyebutkan, ada sepuluh pergeseran pemanfaatan teknologi hingga dua tahun mendatang. Salah satunya IoT. Hal ini karena ada perubahan pola interaksi masyarakat saat normal baru. Namun, di sisi lain ekonomi akan tetap produktif sehingga pemanfaatan teknologi dapat menjadi jalan keluar.

“Big data, cloud computing, IoT akan lebih menjadi perhatian," ujar Bambang, bulan lalu (22/6).


Bagikan artikel ini