CEO NTT : 5G Punya Beberapa Kerentanan di Indonesia


Ilustrasi Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Fenomena hadirnya 5G di Indonesia kini kian gencar diberitakan dalam waktu satu bulan terakhir, terutama dengan perusahaan penyedia layanan telekomunikasi yang kemudian berhasil menyediakan jaringan ini secara umum.

Namun seiring dengan harapan bahwa jaringan 5G dapat memberikan pengalaman berselancar di internet yang lebih baik, 5G juga memunculkan beberapa kerentanan serta tidak terlepas dari potensi ancaman keamanan siber atau cybersecurity.

NTT (Nippon Telegraph and Telephone Corporation) sebagai salah satu perusahaan yang menyediakan layanan untuk keamanan data digital kemudian membeberkan beberapa hal yang harus diperhatikan dengan kehadiran jaringan 5G di Indonesia.

Hal ini pun disampaikan langsung oleh CEO NTT Indonesia, Hendra Lesmana melalui gelaran acara virtual yang diselenggarakan pada Selasa, (8/6/2021).

“5G itu secara murni menggunakan bahkan teknologi protokol internet dari ujung sampai ujung, radionya pun menggunakan internet protokol,” ujar Hendra.

Hendra pun menggambarkan bahwa jika terjadi kebocoran data pada jaringan 5G, maka sejumlah data penting seperti pembicaraan telepon, chat, hingga unggahan di media sosial pun bisa diambil oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

“Dampak jaringan 5G itu sangat masif terhadap cybersecurity karena menggunakan teknologi internet,” jelas Hendra.

Hendra kemudian melanjutkan dengan saran terhadap sejumlah perusahaan teknologi di Indonesia untuk dapat melakukan langkah-langkah antisipasi mencegah kebocoran data pada saat melakukan implementasi jaringan 5G. Ia menyebut bahwa enkripsi end-to-end sebagai salah satu cara yang penting untuk dilakukan dengan harapan keamanan data dalam jaringan ini sudah menyeluruh.

Meskipun kemungkinan serangan untuk mencuri data yang sudah terenkripsi sekalipun tetap ada, namun perlindungan ini tidak akan membuat data dengan mudah dicuri oleh para hacker untuk penggunaan tidak baik.

“Walaupun misalnya ada kebocoran di tengah-tengah enkripsi, setidaknya para hacker tidak bisa membongkar data tersebut,” tutur Hendra.

Selain enkripsi, sejumlah perusahaan juga perlu untuk memperhatikan sistem penyortiran traffic sharing dengan benar. Pasalnya, dalam jaringan 5G akan ada traffic sharing untuk dapat digunakan oleh beberapa perusahaan secara bersamaan.

Maka dari itu, perusahaan diimbau untuk bisa lebih memperhatikan data-data yang tidak penting untuk kemudian disortir melalui sistem tersebut sehingga data dapat tersimpan baik dan ancaman serangan siber bisa dikurangi.

Maka dengan adanya kerentanan pula dalam jaringan 5G, masyarakat Indonesia pun diharapkan dapat meningkatkan literasi digital. Hal ini karena para hacker memiliki banyak cara untuk mengambil data konsumen sehingga masyarakat perlu antisipasi yang baik.


Bagikan artikel ini