IABI: Teknologi AI Tidak Bisa Cegah Kerugian Penggunaan BBM


Ilustrasi Artificial Intelligence

Ilustrasi Artificial Intelligence

Banyak kendaraan keluaran terbaru yang telah menerapkan teknlogi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk berbagai fitur canggih didalamnya. Namun kendaraan tersebut tetap diharuskan untuk memakai bahan bakar minyak (BBM) beroktan tinggi seperti seri Pertamax.

Hal tersebut dikarenakan AI tidak bisa mencegah kerugian jika kendaraan dipaksa untuk menggunakan BBM beroktan rendah. Demikian dijelaskan oleh Ketua Ikatan Ahli Bahan Bakar Indonesia (IABI) Iman Kartolaksono Reksowardojo.

Programming yang dilengkapi AI memang bisa beradaptasi supaya tidak merusak mesin namun tetap saja ada batasnya. Jika teurs-menerus memakai BBM beroktan rendah, maka tetap merugikan karena konsekuensinya adalah penurunan kinerja dan efisiensi. Selain itu, emisi juga memburuk,” tutur Iman, melansir dari SindoNews, Rabu (1/9/2021).

Menurut Iman, AI memang bisa memberikan fleksibilitas motor terhadap kualitas BBM yang dikonsumsi. Namun adaptasi fleksibilitas terhadap kualitas BBM yang dilakukan melalui Engine Control Unit (ECU) memiliki batasan, serta terdapat sistem yang dikompromikan. Misalnya, seperti pengapian yang disetel menjadi lebih lambat, sehingga kekurangan tetap ada.

Maka dari itu, Iman pun menyarankan agar kendaraan yang sudah dilengkapi dengan AI pun tetap harus menggunakan BBM RON Tinggi, agar dampak positif tetap dirasakan oleh pemilik kendaraan tersebut.

“BBM dengan oktan tinggi berdampak positif terhadap kendaraan bermotor. Tidak hanya bagi kendaraan yang dilengkapi dengan teknologi AI, namun juga kendaraan lain,” tutur Iman.

Iman kemudian menambahkan bahwa kendaraan yang mengonsumsi seri Pertamax akan tahan terhadap temperatrur serta tekanan tinggi. Hal tersebut kemudian membuat campuran antara bahan bakar dan udara tidak akan menyala sendiri pada waktu langkah tekan, kemudian pembakaran hanya berasal dari api busi.

Selain itu, penggunaan BBM dengan oktan rendah memang cenderung merugikan. Tidak hanya dapat meningkatkan risiko kerusakan motor, tetapi juga dapat memperburuk emisi gas buang dari kendaraan bermotor, menurunkan unjuk kerja motor, membuat motor mengelitik (knocking), bahkan berpotensi untuk membuat lubang pada ruang bakar.

“BBM RON rendah bisa menyebabkan knocking atau mengelitik. Knocking harus dihindari, karena dalam kasus ekstrim bisa merusak mesin, membuat piston berlubang, serta menurunkan efisiensi dan menaikkan emisi gas buang,” pungkas Iman.


Bagikan artikel ini