Waspada! Peningkatan Ancaman Siber Selama Musim Liburan


Ilustrasi Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Musim liburan, seperti Hari Raya Idul Fitri, tidak hanya menjadi momen kegembiraan bagi masyarakat Indonesia yang merayakannya, tetapi juga menjadi periode yang rentan terhadap serangan siber yang dapat mengganggu keamanan data dan operasi bisnis. Dalam laporan tahunan IBM tentang ancaman keamanan global, X-Force Intelligence Threat Index 2024, terungkap bahwa sektor ritel dan grosir menjadi salah satu sasaran utama serangan siber, yang mengingatkan kita akan pentingnya menghadapi tantangan keamanan digital selama periode ini.

Menurut laporan tersebut, sektor ritel dan grosir menyumbang 10,7 persen dari semua serangan pada tahun 2023, naik dari 7,3 persen pada tahun 2021. Hal ini sejalan dengan tren meningkatnya belanja online selama musim liburan, di mana konsumen berbondong-bondong untuk membeli makanan, minuman, pakaian, dan barang-barang lainnya secara daring. Namun, dibalik kemudahan belanja online juga tersembunyi resiko besar terhadap serangan siber yang dapat mengancam keamanan data pribadi dan transaksi online.

Salah satu alasan utama mengapa musim liburan rentan terhadap serangan siber adalah karena meningkatnya aktivitas konsumen online, yang membuat mereka rentan terhadap praktik phishing, penipuan email, dan penipuan media sosial. Data pribadi seperti alamat email dan nomor kartu kredit dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, baik melalui perangkat handphone maupun melalui praktik penipuan online yang semakin canggih.

Serangan siber pada masa liburan seringkali menggunakan metode pencurian identitas pengguna untuk masuk ke akun yang valid, yang menjadi jalur yang paling mudah bagi para hacker. Data X-Force menunjukkan bahwa penggunaan malware pencuri informasi meningkat 266 persen pada tahun 2023, yang mengindikasikan bahwa pencurian informasi identitas pribadi seperti email, media sosial, kredensial aplikasi messaging, detail perbankan, dan data dompet kripto menjadi sasaran utama.

Selain itu, kekhawatiran juga terkait dengan maraknya situs web e-commerce palsu yang dirancang untuk menarik konsumen dengan penawaran palsu, diskon besar, dan penjualan dengan waktu terbatas. Serangan semacam ini sulit dideteksi dan membutuhkan respons yang mahal dari pihak yang terkena dampak. Bahkan, insiden keamanan yang melibatkan akun yang valid dapat memerlukan tindakan respons hampir 200 persen lebih kompleks daripada insiden rata-rata, seperti yang dilaporkan oleh data X-Force.

Tindakan Pencegahan

Untuk mengatasi risiko serangan siber selama musim liburan, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh bisnis dan konsumen:

  1. Minimalkan Pengumpulan Data: Bisnis online sebaiknya hanya mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk transaksi, untuk meminimalkan jejak data yang tersimpan.
  2. Batasi Akses: Akses ke informasi sensitif harus dibatasi hanya untuk karyawan tertentu yang membutuhkannya.
  3. Deteksi dan Respons: Menyebarkan alat deteksi dan respons di berbagai endpoint dapat membantu menemukan serangan infostealer dan ransomware secara cepat.
  4. Autentikasi Multifaktor: Meningkatkan praktik manajemen kredensial dengan autentikasi multifaktor dapat meningkatkan keamanan data pengguna.
  5. Pelatihan Karyawan: Karyawan perlu dilatih tentang risiko serangan siber, cara mengidentifikasi tautan yang mencurigakan, dan pentingnya menghindari tindakan yang dapat membuka pintu bagi serangan.

Selain itu, penting juga bagi konsumen untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang risiko serangan siber dan cara mengenali tanda-tanda penipuan online. Memiliki rencana keamanan siber khusus untuk musim liburan juga dapat membantu dalam merespons dengan cepat jika terjadi serangan.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, baik dari sisi bisnis maupun konsumen, diharapkan risiko serangan siber selama musim liburan dapat diminimalkan, sehingga momen-momen indah dalam setahun dapat dinikmati tanpa kekhawatiran akan ancaman siber yang mengintai.


Bagikan artikel ini