AWS: Fleksibilitas Teknologi Penting untuk Imbangi Beban Kerja


Amazon Web Services Logo

Ilustrasi Logo Amazon Web Services

Peter DeSantis, Senior Vice President Infrastructure and Customer Support AWS mengatakan bahwa fleksibilitas dan kecakapan manusia dalam hal teknologi memiliki nilai penting untuk dapat mengimbangi beban pekerjaan. Hal ini terlebih dengan gaya bekerja yang saat ini mulai berubah akibat adanya pandemi COVID-19.

“Fleksibilitas kini sangat penting untuk bisa mengimbangi dan menjalani berbagai beban pekerjaan di mana pun dibutuhkan,” kata DeSantis dalam keynote speech-nya di AWS Summit Online, Selasa (18/5/2021).

DeSantis melanjutkan, berbagai teknologi terkini yang terus berkembang menjadi upaya yang dilakukan untuk mempermudah pengimbangan pekerjaan tersebut. Mulai dari hadirnya komputasi awan (cloud), machine learning (ML), Internet of Things (IoT), big data analytics, hingga kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang semakin akrab dengan keseharian.

Managing Director AWS ASEAN Conor McNamara kemudian menambahkan bahwa AWS sebagai penyedia solusi teknologi yang disebutkan pun juga berusaha untuk membantu pelanggannya dalam menghadapi era normal baru yang menuntut pemahaman yang baik terkait teknologi digital.

“Pertama adalah bagaimana memungkinkan bisnis tetap berputar. Contohnya adalah Storehub Malaysia yang meluncurkan Beep Delivery dalam tiga hari di AWS. Selanjutnya memastikan bahwa bisnis bisa bertahan, seperti AWS membantu TaskUs menerapkan solusi aman yang dapat diskalakan untuk memberi agennya akses jarak jaug ke aplikasi kerja,” jelas McNamara.

McNamara juga menambahkan, upaya lain yang didukung AWS dengan teknologinya adalah menghemat biaya, seperti yang dilakukan Simak di Indonesia yang bisa mencapai penghematan biaya karena mereka hanya dihargai sepersepuluh dari biaya server mereka oleh AWS.

Terakhir adalah penskalaan yang mulus (seamless scaling) yang contohnya dapat memungkinkan pengguna TranS untuk meningkat dari 1.000 ke 450 ribu pengguna dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.

Sementara di Indonesia sendiri, Chief of Information and Digital Officer XL Axiata Yessie Yosetya memaparkan bahwa terdapat sejumlah tantangan dan strategi dari para pelaku industri telekomunikasi untuk mencapai pengalaman bekerja yang lebih seamless.

Yessie pun menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi antara lain seperti kapasitas infrastruktur aplikasi layanan yang terbatas, keterlambatan waktu dalam mengembangkan aplikasi, hingga biaya yang tinggi. Namun ia mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi guna menyongsong perubahan ke cloud dan teknologi yang seamless serta berkelanjutan.

Strategi yang pertama berkenaan dengan pusat keunggulan cloud, kemudian mengembangkan tata kelola cloud dan kerangka kerja yang dapat digunakan kemabli, mengelola pengetahuan dan pembelajaran cloud, mengawasi penggunaan cloud dan rencana skala, juga menyelaraskan proses atau strategi organisasi dan bisnis dengan model cloud.

“Lalu, cloud publik di Indoneisa. XL Axiata harus mematuhi persyaratan lokalisasi data pemerintahan Indonesia untuk data Pill, lebih banyak situs cloud publik akan berada di Indonesia dengan penyedia cloud seperti wilayah peluncuran AWS secara lokal. Aplikasi yang lebih luas di cloud, meliputi otomisasi dan AI, big data analytics, serta layanan digital dan proses digital,” pungkas Yessie.


Bagikan artikel ini