Bisnis Teknologi IoT Punya Peluang Besar di Era Industri 4.0


Ilustrasi Industri 4.0

Ilustrasi Industri 4.0

Transformasi digital di Indonesia saat ini semakin gencar dilakukan guna mendukung perbaikan ekonomi di Indonesia sejak COVID-19 menghadang. Langkah transformasi digital ini pun berlangsung semakin cepat, terutama dengan revolusi industri 4.0 yang juga berlangsung secara bersamaan.

Pada webinar yang dilaksanakan oleh Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Program Studi Teknik Informatika Universitas Nusa Mandiri (UNM) bertajuk "Teknologi Modern IoT Desain dan Aplikasi: Peluang dan Tantangan", Dekan FTI UNM Anton mengatakan bahwa perkembangan teknologi dari zaman ke zaman terus mengalami perkembangan, terutama industri 4.0 yang terus menghadirkan teknologi baru seperti internet of things (IoT).

"Saat ini, banyak potensi dan peluang yang lebih besar dalam industri manufaktur, khususnya dalam pemanfaatan IoT. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk cepat beradaptasi dan memilih untuk mengambil peluang yang besar ini," kata Anton, melansir dari Republika, Rabu (24/11/2021).

Sementara narasumber lainnya, Technology Incubation X-camp IoT PT XL Axiata, Farianto menjelaskan tentang perbedaan perkembangan era revolusi industri dari zaman dahulu dengan era revolusi industri pada saat ini. Penjelasan tersebut dimulai dari era revolusi industri 1.0 sampai dengan era revolusi industri 4.0 yang melahirkan berbagai teknologi baru, salah satunya adalah IoT.

Farianto menjelaskan bahwa tujuan dari konsep dasar IoT adalah untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus menerus dengan kemampuan seperti mengirim dan menerima informasi, berbagai data, remote control dan sebagainya. Termasuk pula benda-benda dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa IoT memiliki potensi bisnis yang sangat menjanjikan.

"Berdasarkan Global IoT Revenue by Technology Segment tahun 2018-2023, potensi bisnis IoT pada tahun 2018 adalah sebesar 101 miliar dollar AS, sedangkan pada tahun 2023 mendatang diprediksi akan meningkat hingga mencapai 226 miliar dollar AS," ungkap Farianto.


Bagikan artikel ini