Survei Cisco: Sistem Kerja Hybrid Timbulkan Risiko Cyber Security


Ilustrasi Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Survei terbaru yang dilakukan Cisco menyoroti kekhawatiran seputar penggunaan perangkat yang tidak terdaftar serta jaringan yang berpotensi tidak aman saat melakukan sistem kerja secara hybrid. Perangkat yang tidak terdaftar dan jaringan yang tidak aman ini kemudian menimbulkan risiko keamanan siber atau cyber security.

Director Cybersecurity Cisco ASEAN Juan Huat Koo pun mengatakan, bahwa kebijakan kerja secara hybrid dari perusahaan memang memberdayakan karyawan untuk dapat melakukan pekerjaan dari mana saja. Namun hal ini kemudian membawa tantangan baru pada cyber security perusahaan, mengingat adanya penggunaan perangkat yang tidak terdaftar di sistem perusahaan oleh karyawan yang mengakses platform kerja.

“Selain membawa banyak manfaat, kerja hybrid juga membuka tantangan baru, terutama di bidang keamanan siber karena peretas sekarang dapat menargetkan karyawan di luar batas jaringan perusahaan,” jelas Juan dalam keterangan resminya, melansir dari Republika.co.id, Jumat (9/12/2022).

Berdasarkan survei Cisco bertajuk ‘My Location, My Device: Hybrid’s Work New Cybersecurity Challenge’, sebanyak 87 persen responden di Indonesia mengatakan bahwa karyawan mereka menggunakan perangkat yang tidak terdaftar untuk mengakses platform kerja. Selain itu. 

65 persen mengatakan bahwa para karyawan menghabiskan lebih dari 10 persen harinya untuk bekerja dari perangkat yang tidak terdaftar ini, dan perusahaan pun mengakui adanya risiko cyber security. 87 persen responden di Indonesia pun menyebut bahwa akses dari perangkat tidak terdaftar telah meningkatkan intensitas terjadinya insiden keamanan siber.

Hal ini dikarenakan karyawan mengakses platform kerja mereka dari berbagai jaringan terbuka, baik di rumah, kedai kopi lokal, bahkan jaringan supermarket. Penggunaan perangkat dan jaringan terbuka ini kemudian menambah tantangan baru bagi cyber security, di mana 55 persen responden di Indonesia mengatakan bahwa mereka pernah mengalami insiden keamanan siber dalam 12 bulan terakhir.

Menurut Juan, agar sistem kerja secara hybrid ini dapat berhasil dalam jangka panjang, organisasi ataupun perusahaan perlu melakukan perlindungan terhadap bisnis mereka dengan ketahanan keamanan yang baik.

Sementara menurut Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu, perusahaan harus segera mengadopsi strategi keamanan baru. Menurutnya, para karyawan merupakan landasan untuk memupuk ketahanan keamanan siber.

“Perusahaan perlu mengedukasi tenaga kerja mereka tentang praktik keamanan yang baik dan menggunakan teknologi sebagai mata dan telinga jaringan, memanfaatkan informasi yang dapat ditindaklanjuti untuk mengambil tindakan tepat di saat paling dibutuhkan, dan mengotomatisasi respons tersebut sehingga mereka dapat pulih lebih kuat dari ancaman,” pungkas Marina.


Bagikan artikel ini