Kementan Sebut IoT Mudahkan Petani Milenial Jalankan Bisnis


Drone Pertanian

Drone Pertanian

Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi, terutama teknologi Internet of Things (IoT) bisa memudahkan petani milenial dalam menjalankan bisnis pertanian mereka.

Dedi menjelaskan, petani milenial yang berusia antara 25-44 tahun dapat fokus pada pengelolaan hulu dan hilir pertanian dengan menggunakan inovasi teknologi dari industri 4.0. Ia melanjutkan, petani kolonial yang berusia 54 tahun ke atas dapat fokus pada peningkatan produktivitas di lahan pertanian menggunakan mekanisasi alat mesin pertanian (alsintan).

“Ada IoT yang dipakai para petani milenial dalam menggerakkan usaha tani. IoT itu ranahnya petani milenial, sedangkan petani kolonial fokus pada bagaimana meningkatkan produktivitas,” kata Dedi dalam diskusi yang diselanggarakan oleh BNPB secara daring, Senin (23/11/2020).

Dedi melanjutkan, dari 33,4 juta jumlah petani di Indonesia, 3,3 juta diantaranya merupakan golongan petani kolonial. Petani milenial yang berusia di bawah 40 tahun hanya berkisar 30 persen dari jumlah tersebut.

Maka dengan jumlah tersebut, Dedi menyebut Indonesia akan mengalami krisis petani pada 10 tahun mendatang karena 70 persen petani sudah tidak produktif. Dedi menilai, regenerasi petani menjadi penting karena hal ini, terutama karena petani milenial disebutnya lebih menguasai teknologi sehingga bisa berkontribusi meningkatkan produktivitas dan pendapatan tani.

Dedi pun mengharapkan, selain penggunaan IoT oleh petani milenial untuk produktivitas produk tani, paradigma bahwa bertani merupakan pekerjaan yang kotor serta berat bisa berubah.

Mindset bahwa petani kotor, tidak ada untung, itu harus ditinggalkan. Caranya sudah berubah, manajemen sudah berubah, ada IoT yang dimaksimalkan sehingga hanya perlu memantau lahan dari android,” tutur Dedi.

Senada dengan penjelasan dan pernyataan Dedi, Ketua Duta Petani Milenial Sandi Octa Susila menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan salah satu BUMN untuk memanfaatkan aplikasi berbasis IoT sehingga pengelolaan lahan lebih mudah karena dapat dipantau secara real-time tanpa harus ke lahan langsung.

“Kalau dulu saya ke lahan 8 hektare harus keliling melihat situasi, saat ini dalam satu dashboard, semua terdata citra satelit yang melaporkan semua melalui petugas lapangan,” jelas Sandi yang juga merupakan pimpinan Mitra Tani Parahyangan.


Bagikan artikel ini