Komodo Water Gunakan Cloud dan Big Data untuk Kelola Sumber Air


Layanan Cloud Computing

Ilustrasi Layanan Cloud Computing

Di Nusa Tenggara Timur, salah satu dari banyak pulau di Indonesia, hampir 25% rumah tangga hidup tanpa akses ke sumber air minum yang memadai dan berkelanjutan. Mereka perlu berjalan berkilo-kilo hanya untuk mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari.

Hal ini menginspirasi Komodo Water, sebuah startup di bidang sosial yang dibentuk pada tahun 2012, untuk membangun akses terhadap air bersih dan terjangkau bagi desa-desa terpencil di sekitar Taman Komodo dan Flores, didukung oleh teknologi terbarukan serta berkelanjutan yang disediakan Microsoft. 

Inovasi yang dihasilkan Komodo Water bersama Microsoft yakni dalam bentuk aplikasi pengelolaan air terintegrasi yang memaksimalkan penggunaan big data dalam mengidentifikasi sumber air potensial.

“Aplikasi ini dapat memberikan nilai tambah – tidak hanya kepada pelanggan langsung, tetapi juga kepada pembuat kebijakan dan bisnis komersial,” cetus Shana, CEO dan Founder Komodo Water melansir dari Info Komputer, Rabu (21/12).

Secara lebih rinci, aplikasi yang dikembangkan menggunakan Azure Kubernetes Services (AKS)–yang merupakan salah satu solusi cloud-native apps dari Microsoft Azure itu membantu Komodo Water untuk dapat mengidentifikasi titik-titik air bersih di Labuan Bajo dan merekomendasikan lokasi pembangunan instalasi pengolahan air serta jalur distribusi air bersih yang sesuai.

“Penggunaan AKS sangat memudahkan proses pengembangan aplikasi kami dan meningkatkan efisiensi biaya. Dari sisi pengembangan, terdapat fitur Control Plane yang memungkinkan Azure mengambilalih kegiatan overhead seperti health monitoring dan maintenance aplikasi. Hal ini mengurangi beban kerja developer kami dan memungkinan mereka untuk berfokus pada aktivitas-aktivitas strategis lainnya,” kata Shana.

“Sementara dari sisi biaya, Control Plane telah menjadi bagian dari Azure resource pengguna, di mana pengguna hanya perlu membayar dan mengelola AKS-nya itu sendiri, tanpa dikenakan biaya tambahan,” lanjut Shana.

Melalui teknologi tersebut, Komodo Water telah menjangkau 16 ribu orang, mengidentifikasi 104 sumber air dari 118 titik yang telah disurvei, memfasilitasi 107.187 galon air, mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 30.000 liter, mengurangi kemasan plastik hingga 40 ton, dan menghindari setidaknya 64.589 kilogram emisi CO2.

Shana menambahkan, “Saat dunia menjadi digital, kami juga mengikuti perubahan tersebut agar dapat tetap produktif, efektif, dan kompetitif. Kami berterima kasih kepada Microsoft karena telah memberikan kami akses gratis terhadap teknologi dan ekosistem digital Microsoft, bimbingan dan dukungan teknis untuk menciptakan solusi nyata, serta yang paling penting, fleksibilitas untuk berinovasi dan tumbuh dengan kecepatan kami sendiri. Manfaat yang kami dapatkan melalui program Microsoft for Startups Founders Hub tersebut benar-benar sebuah mimpi yang terwujud. Menciptakan dampak besar bukan lagi angan-angan belaka.”

Ke depannya, dirinya berharap bahwa teknologi yang telah diciptakan Komodo Water juga dapat menjangkau masyarakat di luar Nusa Tenggara Timur.

“Sebab, data yang kami kumpulkan melalui teknologi ini tidak sekadar menampilkan data statis terkait air, tetapi juga berpotensi untuk memecahkan masalah yang lebih besar, seperti akses air dan penggunaan air di seluruh Indonesia, seraya mendapatkan hasil yang terukur dan nyata,” pungkas Shana.


Bagikan artikel ini