Dukung Kemajuan Usaha Jamur, Mahasiswa UNY Ciptakan Asisten AI


Artificial Intelligence

Ilustrasi Artificial Intelligence

Usaha budidaya jamur tiram di Indonesia masih cukup besar. Namun, tidak semua budidaya memiliki teknologi yang mumpuni sehingga ada usaha yang suhu dan kelembabannya belum diukur. 

Hal ini mengakibatkan penyiraman yang tidak sesuai dengan kebutuhan jamur untuk dapat tumbuh optimal. Kontrol suhu serta kelembaban hanya dilakukan dengan penyiraman terhadap kumbung jamur.

Maka dengan kondisi tersebut, sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bergerak untuk dapat mendukung kemajuan usaha jamur tiram. Hal tersebut dilakukan dengan membuat sebuah sistem asisten cerdas sebagai alat monitoring dan pengontrolan suhu serta kelembaban kumbung jamur.

Asisten cerdas berbasis microcontroller, artificial intelligence (AI) serta IoT untuk kumbung budidaya jamur tiram ini merupakan karya Satya Adhyaksa Ardy (Teknologi Informasi), Via Husna Mudiah (Pendidikan Teknik Busana), Aisyattunisai Tawakkal (Pendidikan Fisika), Nurul Kumara Fitriyani (Fisika) dan Tengku Khadijah Nurul Hanifah (Kimia).

“Saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, dimana penggunaan teknologi informasi menjadi sangat penting untuk bersaing dengan dunia global,” tutur Satya, melansir dari Siedoo, Jumat (13/8/2021).

Berkaitan dengan sistem asisten cerdas ini, Satya menjelaskan bahwa aplikasi telegram digunakan untuk memonitor suhu serta kelembaban kumbung jamur. Hal ini dikarenakan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan mengembangkan aplikasi sendiri, serta tampilannya mudah untuk digunakan oleh mitra.

Asisten cerdas ini digunakan pada usaha milik salah satu pengusaha jamur di Sleman, DIY milik Toni Hidayat. Via sebagai salah satu mahasiswa yang berpartisipasi dalam proyek ini menyampaikan bahwa sistem asisten cerdas menggunakan konsep Internet of Things (IoT) untuk mentransfer data suhu dan kelembaban pada kumbung jamur dari aplikasi Telegram.

Selain itu, sistem asisten cerdas ini juga menggunakan AI berupa Logika Fuzzy untuk menentukan lama penyiraman optimal kumbung jamur oleh alat dengan mempertimbangkan suhu serta kelembaban pada kumbung jamur tiram.

“Alat ini terdiri dari node sensor dan kontroler utama. Kami menggunakan sensor suhu DHT11 yang diletakkan di tiga titik kumbung jamur,” jelas Aisyattunisai Tawakkal.

Ketiga sensor yang dipasang pada kumbung jamur akan mengirimkan data suhu serta kelembaban ke setiap titik kontroler utama dan akan dirata-rata. Hasil data ini kemudian dapat digunakan untuk dapat menentukan lama penyiraman yang dibutuhkan kumbung jamur dengan memanfaatkan AI dari Logika Fuzzy.

Hasil yang diperoleh dari Logika Fuzzy kemudian akan membuat kontroler utama untuk menghidupkan pompa air yang telah dipasangi nozzle kabut/embun yang melintang di atas rak baglog jamur. Selain itu, kipas angin juga akan hidup untuk dapat menurunkan dan meratakan suhu serta kelembaban dalam kumbung.

Alat ini pun dapat bekerja secara otomatis maupun manual dengan pengaturan dari aplikasi Telegram. Petani jamur kemudian dapat mengontrol alat serta memperoleh notifikasi suhu dan kelembaban dari kumbung, kapan penyiraman dilakukan, hingga input data panen melalui Telegram dengan bot di smartphone mereka.

Pada fitur terbarunya, asisten cerdas ini pun disertai situs untuk visualisasi data suhu, kelembaban, dan data panen yang lebih baik. Karya mahasiswa ini pun berhasil meraih dana dari Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Penerapan IPTEK tahun 2021 ini.


Bagikan artikel ini