Akhir 2022 Menperin Akan Implementasikan Industri 4.0


Menteri Perindustrian

Menteri Perindustrian, Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si

Agus Gumiwang, Menteri Perindustrian (Menperin) mengungkapkan bahwa di saat pertumbuhan ekonomi yang mengalami ketidakstabilan pada triwulan II 2020, terdapat sektor industri yang masih mencatatkan kinerja postif, yaitu industri manufaktur diantaranya industri kimia, farmasi dan obat-obatan tradisional yang tumbuh sebesar 8,65 persen. Pencapaian tersebut meningkat dibandingkan saat triwulan I 2020 yang hanya tumbuh 5,59 persen, naiknya pertumbuhan di sektor industri kimia, farmasi dan obat-obat tradisional dikarenakan meningkatnya permintaan obat-obatan atau suplemen dalam menghadapi pandemi COVID-19.

"Peningkatan PMI manufaktur Indonesia pada kuartal III 2020, akan bergantung pada sektor manufaktur yang utilitasnya dapat meningkat signifikan, yakni sektor-sektor yang memiliki permintaan domestik tinggi seperti industri farmasi, alat kesehatan, serta makanan dan minuman," ujar Agus melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (7/8/2020).

Dalam data yang ada di BPS pada triwulan II 2020, untuk sektor industri logam dasar tumbuh sebesar 2,76 persen. Hal tersebut karena adanya peningkatan kapasitas produksi besi dan baja di Sulawesi Tengah. Selain hal itu, adanya peningkatan ekspor logam dasar, yang diantaranya komoditas alloy nikel dan stainlees steel.

Lalu terdapat industri kertas dan barang dari kertas percetakan serta reproduksi media rekaman yang tumbuh sebesar 1,10 persen. Pencapaian tersebut pun didukung dari adanya peningkatan produksi kertas di Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan yang terdapat sentra produksinya. Selain itu, adanya permintaan ekspor yang semakin meningkat juga menjadi penyebab peningkatan tersebut.

Di sektor industri makanan dan minuman juga mengalami pertumbuhan sebesar 0,22 persen. Adapun, angka tersebut telah meningkat sekitar 1,87 persen, jika dibandingan dengan tahun sebelumnya. Di sektor ini pun didukung dengan adanya peningkatan ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) serta minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO).

Agus mengatakan bahwa yang perlu dilakukan untuk mendorong kinerja industri pada saat ini yaitu dengan mengoptimalkan sisi dari permintaan pasar, sehingga dapat membuat penyerapan terhadap produk-produk industri manufaktur di Indonesia dapat terjadi.

"Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita. Stimulus bagi dunia industri akan terus kami gulirkan agar aktivitas industri bisa kembali normal," jelas Agus.

Dengan begitu hal yang perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan persaingan dalam industri manufaktur yaitu adanya penerapan industri 4.0. Agus menjelaskan, pemerintah akan mengintegrasikan peta jalan substitusi impor sebanyak 35 persen pada tahun 2022 yang dilakukan dengan mengimplementasikan program Making Indonesia 4.0. Sehingga dengan mengimplementasikan teknologi industri 4.0 dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya operasional.

“Selain pengurangan impor, strategi lainnya adalah peningkatan utilisasi produksi di seluruh sektor manufaktur yang sempat turun ke level 40 persen pada awal masa pandemi,” jelasnya.

Dengan adanya hal tersebut, Menperin akan menargetkan angka tersebut hingga naik di kisaran 60 persen di akhir tahun 2020, sehingga dapat kembali ke masa sebelum adanya pandemi COVID-19, yang berada di kisaran 75 persen pada akhir tahun 2021.


Bagikan artikel ini