Microsoft Berikan Laporan Mengenai Kejahatan Siber Makin Canggih


Microsoft

Logo Microsoft

Munculnya COVID-19 membuat percepatan tren Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah yang sudah berlangsung dengan baik sejak akhir tahun 2019. Kebijakan keamanan tradisional menjadi lebih sulit di seluruh jaringan yang lebih luas yang terdiri dari jaringan rumah dan pribadi lainnya serta aset yang tidak dikelola di jalur konektivitas.

Saat suatu perusahaan atau organisasi memindahkan aplikasi ke cloud, terlihat penjahat dunia maya meningkatkan serangan penolakan layanan terdistribusi (Distributed Denial of Service –DDoS) untuk mengganggu akses pengguna dan mengaburkan infiltrasi yang lebih berbahaya pada sumber daya organisasi.

Perusahaan Microsoft memberikan laporan tahunan terbaru yakni Digital Defense Report, yang merangkum tren keamanan siber dari tahun lalu. Laporan ini menjelaskan bahwa pelaku kejahatan siber semakin canggih dalam setahun terakhir, menggunakan teknik yang membuat mereka lebih sulit dikenali dan mengancam target yang paling cerdas sekalipun.

Selain serangan yang semakin canggih, pelaku kejahatan siber menunjukkan preferensi yang jelas untuk tekhnik tertentu, yang lebih mengedepankan pada pengambilan data kredensial dan perangkat pemeras (ransomware) serta peningkatan fokus pada perangkat Internet of Things (IoT). Dilansir dari technologue.id, laporan paling signifikan tentang tren ini menunjukkan bahwa di tahun 2019, Microsoft memblokir lebih dari 13 miliar email berbahaya dan mencurigakan dimana lebih dari satu miliar merupakan URL atau alamat website yang disiapkan untuk tujuan eksplisit meluncurkan serangan pencurian data.

Ransomware merupakan kejahatan paling umum digunakan oleh para pelaku kejahatan pada tahun lalu seperti pengintaian, pencurian data kredensial, malware, dan eksploitasi jaringan pribadi virtual. Begitu pula dengan ancaman IoT yang terus berkembang. Bila dilihat selama enam bulan pertama tahun 2020 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 35% dalam total volume serangan dibandingkan dengan pertengahan tahun 2019.  

Corporate Vice President, Customer Security and Trust, Tom Burt mengatakan, “mengingat kecanggihan serangan di tahun lalu, semakin penting bagi perusahaan untuk mengambil langkah-langkah untuk menetapkan aturan baru bagi dunia maya; bahwa semua organisasi, baik lembaga pemerintah atau bisnis, dan teknologi perlu membantu menghentikan serangan-serangan ini; dan individu dapat lebih fokus pada hal-hal dasar, seperti selalu memperbarui aplikasi keamanan, melakukan backup data secara berkala, dan terutama mengaktifkan otentikasi multi-faktor (Multi-Factor Authentication atau MFA). Dengan mengaktifkan MFA sudah dapat mencegah resiko terkena serangan siber.”


Bagikan artikel ini