Pakar Ungkap AI sebagai Senjata Baru Melawan Serangan Hacker


Logo Paloatlo

Logo Paloatlo

Perusahaan keamanan siber global, Palo Alto Networks, telah mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi metode yang efektif untuk menangkal serangan siber dari para hacker. Menurut Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, integrasi AI menjadi langkah penting berikutnya untuk organisasi atau perusahaan dalam memperkuat keamanan mereka.

"Fokus yang lebih besar terhadap otomatisasi proses keamanan siber yang sudah dijalankan juga sangat penting untuk memupuk ketangguhan dan tingkat keyakinan untuk menghadapi serangan siber," kata Adi dalam keterangannya, Selasa (19/9).

Menurut laporan State of Cybersecurity ASEAN 2023, pengintegrasian AI menjadi salah satu tren teknologi yang paling banyak diadopsi oleh banyak organisasi di kawasan, terutama oleh organisasi yang bergerak di bidang telekomunikasi, teknologi, dan komunikasi. Sebanyak 70 persen dari organisasi ini mempertimbangkan mengintegrasikan AI dalam strategi keamanan mereka.

Adi Rusli menjelaskan bahwa langkah integrasi keamanan siber dengan AI menjadi sangat penting mengingat terus meningkatnya aktivitas serangan siber. Menurutnya, peningkatan serangan siber di organisasi terjadi terutama dalam tiga sektor utama: aktivitas transaksi digital yang melibatkan pihak ketiga (58 persen), ancaman dari perangkat IoT yang tidak terpantau (49 persen), dan ketergantungan pada layanan dan aplikasi yang berbasis cloud (48 persen).

Tiga sektor ini telah diidentifikasi sebagai tiga jenis tantangan keamanan siber yang paling sering dihadapi oleh perusahaan dan organisasi di Indonesia. Meskipun demikian, lebih dari 53 persen perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa keamanan siber menjadi topik yang kerap dibahas di tingkat dewan direksi setiap kuartal, dan menjadi agenda utama bagi sebagian besar dewan direksi.

Dampaknya, sebanyak 63 persen organisasi di Indonesia meningkatkan anggaran mereka untuk keamanan siber pada tahun 2023, sementara sebanyak 30 persen organisasi mencatat peningkatan anggaran hingga lebih dari 50 persen untuk tahun yang sama. Hal ini menunjukkan tren positif di mana semakin banyak organisasi yang berupaya meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi ancaman keamanan siber.

"Jika dibandingkan dengan tahun 2022, peningkatan ini merupakan suatu tren yang sangat positif karena semakin banyak organisasi yang berupaya mendongkrak kemampuan menghadapi ancaman keamanan siber," kata dia.

Efektivitas Menurut Pakar

Sejumlah pakar sebelumnya telah menyatakan bahwa AI bisa menjadi solusi untuk menangani masalah serangan siber, termasuk kebocoran data. Namun, pertanyaannya adalah seberapa efektif penggunaan AI untuk melakukan semua itu.

Menurut Deputy of Operation CSIRT.id, Muhammad Salahuddien Manggalanny, AI bisa digunakan untuk mencegah kebocoran data, namun hanya sebagai peningkatan kemampuan proteksi keamanan. Dia menekankan bahwa AI menjadi sebuah peningkatan dalam pertahanan dan perlindungan keamanan.

"Kala dari sisi defense, protection, AI itu merupakan enhancement. Setelah ada security, baru di-enhance security-nya dengan AI, sehingga ada otomatisasi, ada kecerdasan yang melebihi dari keterbatasan manusia," kata Salahuddien beberapa waktu lalu

Salahuddien juga menjelaskan bahwa tanpa sistem keamanan yang kokoh, kecerdasan buatan tidak akan mampu mencegah kebocoran data. Sistem keamanan perlu ditingkatkan agar bisa memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi.

Di sisi lain, Ketua Forum Keamanan Siber dan Informasi (FORMASI), Gildas Arvin Deograt, menyatakan ketidak percayaannya terhadap kemampuan AI dalam mencegah kebocoran data, terutama dengan lebih dari 80 persen traffic di internet yang sudah terenkripsi saat ini. Menurutnya, tren penjahat siber juga telah bergeser dari menyerang level infrastruktur ke level konten.

Gildas menegaskan bahwa AI mungkin belum akan efektif dalam mencegah kebocoran data bahkan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan mengingat situasi yang semakin kompleks, terutama dengan tingginya tingkat enkripsi dalam komunikasi internet saat ini.

Integrasi kecerdasan buatan dalam keamanan siber merupakan langkah penting yang harus dipertimbangkan oleh organisasi dan perusahaan untuk meningkatkan ketahanan mereka terhadap serangan siber. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan AI dalam sistem keamanan juga tidak bisa diabaikan.

Perlu adanya upaya untuk memastikan bahwa sistem keamanan yang ada sudah kokoh sebelum mengintegrasikan AI sebagai lapisan tambahan. Selain itu, pemahaman akan kemampuan dan keterbatasan AI dalam konteks keamanan siber juga sangat diperlukan agar implementasinya dapat memberikan manfaat yang maksimal.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keamanan siber, diharapkan lebih banyak organisasi dan perusahaan yang akan berinvestasi dalam teknologi dan strategi keamanan yang lebih canggih untuk melindungi data dan infrastruktur mereka dari ancaman siber yang terus berkembang.


Bagikan artikel ini