Pandemi COVID-19 Pacu Industri Cloud Computing Lebih Cepat


Layanan Cloud Computing

Ilustrasi Layanan Cloud Computing

Pandemi COVID-19 saat ini telah memicu industri digital untuk berkembang semakin cepat, bahkan beberapa sektor bisnis juga terpaksa harus menyesuaikan diri dengan teknologi digital yang semakin berkembang saat ini.

Hal ini dilakukan pula oleh PT Taspen (Persero) dengan peluncuran aplikasi Taspen mobile. Aplikasi ini pun mendukung PT Taspen sebagai BUMN yang bergerak di bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun bagi ASN dan Pejabat Negara di masa pandemi.

A.N.S Kosasih, Direktur Utama PT Taspen (Persero) menyampaikan, keberadaan inovasi teknologi melalui aplikasi mobile awalnya memperoleh banyak komplain dari konsumen yang mayoritas adalah orang-orang lanjut usia gagap teknologi (gaptek).

“Tapi memang perubahan ini bukan karena CEO-nya hebat, tetapi karena COVID-19 yang membuat kita harus berubah dan mempermudah pengalihan ke teknologi digital. Awalnya banyak yang keberatan, sekarang mereka malah minta kalau digital saja daripada kontak fisik,” kata Kosasih dalam keterangan pers, melansir dari TIMES Indonesia, Rabu (4/8/2021).

Maka dari itu, PT Taspen kemudian mengubah model berbisnis dan proses klaim dengan menggunakan teknologi digital sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para konsumennya dalam asuransi dan tabungan hari tua.

Tidak hanya perubahan digitalisasi bagi perusahaan, pandemi COVID-19 pun memicu optimisme ekonomi digital di Indonesia. Terutama dengan perubahan gaya hidup yang serba digital di masyarakat.

Melalui webinar bertajuk Cloud System pada Industri Keuangan Norbank Sebagai Upaya Digitalisasi dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional yang digelar di Jakarta, Rabu (28/72021) lalu, CEO dan Chief Editor Wartaekonomi.co.id Muhammad Ihsan menyebut bahwa pandemi COVID-19 telah membuat prospek ekonomi digital semakin cerah.

“Apalagi berbagai penelitian juga menyebutkan gaya hidup digital tidak hanya terjadi karena COVID-19, setelah COVID-19 sebagian dari kita mungkin akan tetap melakukan gaya hidup digital,” kata Ihsan.

Pernyataan itu pun senada dengan yang disampaikan oleh Dodi Yuliarso, Deputi Direktur IT PT Adira Dinamika Multi Finance. Menurutnya, potensi pertumbuhan industri cloud computing di Indonesia sangatlah menjanjikan. Tidak sedikit penyedia layanan komputasi awan global seperti Alibaba Cloud, Google Cloud, Amazon, hingga Microsoft Azure yang menyasar Indonesia.

“Indonesia sebetulnya memiliki potensi pertumbuhan cloud yang sangat tinggi, tapi memang kita terbentur regulasi sehingga adopsinya masih belum tumbuh signifikan, namun akan tumbuh cepat. Ini akan menarik dalam dua tahun ke depan,” tutur Dodi.

Dodi kemudian memberikan sedikit tips mengenai bagaimana memilih perusahaan cloud di masa pandemi saat ini. Pertama, berkaitan dengan aspek keamanan, kemudian kedua adalah untuk memilih perusahaan dengan jam terbang tinggi di industri cloud computing.

Sementara Direktur Pengaturan Bank Umum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Eddy Manindo Harahap belum lama ini menyampaikan bahwa Asia Cloud Computing Association (ACCA) memiliki indeks bernama Cloud Readiness Index (CRI).

Berdasarkan indeks tersebut, Eddy menyampaikan bahwa Indonesia memperoleh skor sebesar 55,0 yang memang mengalami kenaikan dibanding tahun 2018 lalu. Namun perlu diketahui bahwa skor negara lain pun meningkat pula, bahkan lebih cepat. Indonesia sendiri masih berada di peringkat 12, jauh di bawah Malaysia dan Thailand sebagai negara Asia Tenggara.

“Adalah tugas kita semua, mulai dari regulator, pelaku usaha, industri pendukung, ekosistem cloud computing, semua pihak untuk dapat bersama-sama bekerjasama mengembangkan industri ini ke depan,” ungkap Eddy.

Menurut Eddy, ketertinggalan Indonesia dalam industri cloud computing setidaknya terjadi akibat kecepatan internet yang masih minim serta regulasi yang saling tumpang tindih. Namun pandemi COVID-19 saat ini diharapkan menjadi momentum tepat untuk memperbaikinya.


Bagikan artikel ini