Peneliti Kembangkan AI untuk Memetakan Bioenergi di Wallacea


Artificial Intelligence

Artificial Intelligence

Peneliti dari tiga negara yaitu Indonesia, Inggris, dan Jepang kini tengah mengembangkan sebuah inovasi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk memetakan keanekaragaman hayati flora sebagai sumber-sumber bioenergi di kawasan Wallacea.

Para peneliti tersebut adalah Doktor Iswan Dunggio dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Profesor Taufiq Asyhari dari Birmingham City University Inggris, dan Profesor Muhammad Azis dari Universitas Tokyo Jepang yang tergabung dalam sebuah konsorsium.

Penelitian kolaboratif untuk pengembangan AI ini sendiri didanai oleh British Council di Jepang dengan tujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber-sumber bioenergi di Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

“Kami mendata secara rinci spesies tanaman yang berpotensi sebagai penghasil bioenergi di Wallacea, kemudian dilakukan penilaian terhadap masing-masing tanaman tersebut. Salah satunya menghitung besaran energi yang dihasilkan,” jelas Iswan dalam keterangan resminya, melansir dari Antara, Jumat (19/11/2021).

Iswan melanjutkan, data-data yang dikumpulkan tersebut kemudian akan diolah menggunakan komputer sehingga dihasilkan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Teknologi ini kemudian akan digunakan untuk memetakan sumber bioenergi di sebuah wilayah.

Kawasan Wallacea sendiri dipilih sebagai lokasi penelitian karena dinilai memiliki keragaman flora yang tinggi. Teknologi yang dirancang oleh para peneliti ini pun akan menjadi sebuah prototipe yang diaplikasikan di daerah lainnya di kawasan Wallacea. Selain itu, para peneliti juga akan memproduksi energi dari biomassa limbah tanaman seperti kelapa, kemiri, dan jagung yang ada di Gorontalo.

“Kami tidak menggunakan bagian dari tanaman yang dapat dikonsumsi, tetapi memanfaatkan limbahnya seperti tempurung kelapa atau kulit dan tongkol jagung,” tambah Iswan.

 Bioenergi yang dihasilkan kemudian dapat digunakan untuk pembangkit listrik maupun industri lainnya sehingga mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti batubara dan mendorong penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.

Berkaitan dengan teknologi AI yang akan diluncurkan, para peneliti belum memberikan bocoran mengenai bagaimana bentuk dari teknologi tersebut. Namun inovasi ini dapat menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon berlebih yang memicu perubahan iklim.


Bagikan artikel ini