Peneliti Unpad Kembangkan Alat Berbasis IoT, Untuk Ibu Hamil


Layanan Kesehatan Digital

Layanan Kesehatan Digital

Sebuah inovasi menarik dalam dunia kesehatan janin tengah dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Padjadjaran (Unpad). Restuning Widiasih, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., PhD, seorang pakar kesehatan dan Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Unpad, memimpin pengembangan alat yang dinamakan "Detect Me." Alat ini bertujuan untuk mempermudah ibu hamil memantau kesehatan janin mereka dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT).

Kematian janin yang masih tinggi di Indonesia menjadi motivasi bagi Restu dalam menciptakan solusi yang efektif. Alat ini diharapkan dapat mengatasi kendala seperti kurangnya pengetahuan ibu hamil, akses terbatas ke layanan kesehatan, dan dampak pandemi Covid-19 yang membuat periksa janin menjadi lebih sulit.

Detect Me memiliki keunggulan berupa portabilitas dan koneksi nirkabel ke smartphone. Ukurannya yang kecil memudahkan ibu hamil membawanya ke mana-mana, sementara koneksi ke smartphone memungkinkan pemantauan denyut jantung dan pergerakan janin melalui aplikasi khusus.

"Teknologi smartphone ini sebenarnya sudah dekat dengan masyarakat Indonesia. Jadi, terkait ada sinyal atau enggak, nanti aksesnya susah atau enggak, bagaimana cara mendeteksinya, rasanya itu sudah bukan masalah besar di Indonesia," ujarnya dalam keterangan resminya.

Restu menjelaskan bahwa penerapan teknologi IoT didasarkan pada penetrasi penggunaan smartphone yang tinggi di Indonesia. Ini mempermudah akses dan penggunaan alat bagi ibu hamil. Alat ini tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang sulit mengakses layanan kesehatan, tetapi juga bagi ibu hamil dengan risiko tinggi yang tidak dirawat di rumah sakit.

Proses pengembangan Detect Me melibatkan beberapa tahapan. Saat ini, alat tersebut masih dalam tahap pertama, di mana kemampuannya untuk membedakan denyut jantung ibu dan janin sedang diuji. Selanjutnya, pengembangan akan fokus pada koneksi wireless ke smartphone dan penyempurnaan ukuran alat agar semakin kecil dan portabel.

Restu tidak bekerja sendirian dalam pengembangan ini. Kerjasama dengan pakar-pakar dari berbagai institusi, termasuk Institut Teknologi Bandung, Telkom University, dan RS Hasan Sadikin Bandung, menjadi kunci kesuksesan. Masing-masing pakar memberikan kontribusi berdasarkan keahlian mereka.

Meskipun proyek ini masih membutuhkan waktu, Restu optimis bahwa Detect Me bisa hadir dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Ada mitra industri yang bersedia mendistribusikan alat ini ke toko-toko kesehatan, dan rencana diseminasi kepada lembaga pemerintahan serta LSM kesehatan ibu dan anak sudah disusun.

"Untuk ditemukannya, sampai ibaratnya di layanan kesehatan atau di market, mungkin membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun lagi. Dua tahun lah mungkin, ya, karena prosesnya memang kita masih terus mencari yang betul-betul aman, betul-betul portabel, betul-betul mudah untuk digunakan," jelasnya.

Restu juga mempertimbangkan solusi pembiayaan dengan menyediakan sistem peminjaman bagi ibu hamil yang berisiko tinggi. Meskipun perkiraan harga Detect Me berkisar di atas Rp1 juta, solusi ini diharapkan dapat memastikan aksesibilitas alat bagi semua kalangan.

Dalam visinya yang lebih luas, Restu berharap Detect Me dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan alat medis di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia. Tujuannya adalah memastikan semua ibu hamil di Indonesia dapat memonitor kesehatan janin dengan mudah, sehingga lahiran bayi yang sehat dapat terjamin.


Bagikan artikel ini