Revolusi AI: Teknologi Baru yang Mengubah Dunia


Artificial Intelligence

Artificial Intelligence

Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) memiliki karakteristik yang berbeda secara fundamental dibandingkan dengan teknologi-teknologi sebelumnya. Tidak seperti teknologi tradisional yang bersifat lebih statis dan terbatas, AI memiliki potensi untuk secara signifikan mengubah otoritas manusia atas dunia. Kecerdasan buatan mampu mengambil alih berbagai tugas dan proses yang sebelumnya berada dalam kendali eksklusif manusia, sehingga menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan relasi manusia dengan teknologi ini.

Dalam laporan khusus yang diterbitkan pada 28 Juni 2023, tepat saat harian Kompas merayakan hari jadinya yang ke-58, topik kecerdasan buatan dan hubungan antara AI dengan manusia menjadi sorotan utama. Laporan ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman mendalam tentang AI, terutama mengingat dampaknya yang luas terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Teknologi memang tidak diragukan lagi telah membawa kemajuan signifikan dalam kesejahteraan manusia, membuat manusia menjadi lebih sehat, makmur, dan sejahtera.

Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan teknologi telah membantu manusia meninggalkan cara hidup primitif seperti berburu dan meramu, serta memungkinkan terjadinya Revolusi Pertanian sekitar 10.000 tahun yang lalu. Revolusi ini dimungkinkan oleh penemuan teknologi pengairan, pengolahan hasil panen, dan pengembangbiakan hewan, yang kesemuanya berkontribusi terhadap peningkatan produksi pangan dan stabilitas kehidupan manusia (Yuval Noah Harari, Sapiens, 2014).

Kemudian, sekitar 500 tahun yang lalu, kemajuan teknologi pembuatan kapal dan penggunaan kompas memungkinkan manusia menjelajahi samudra dan memperluas pengetahuan serta pengaruh mereka ke seluruh dunia. Penemuan penting lainnya seperti antibiotik dan vaksin telah berhasil memperpanjang harapan hidup manusia dari hanya 30-40 tahun hingga lebih dari 70 tahun saat ini. Selain itu, teknologi komputer, internet, dan telekomunikasi telah memudahkan manusia dalam mengembangkan bisnis serta mengadakan pertemuan tanpa perlu hadir secara fisik, mempercepat laju perkembangan ekonomi dan sosial.

Steven Pinker, seorang ahli psikologi evolusioner dan Profesor Psikologi di Harvard University, menekankan bahwa teknologi tidak hanya menyempurnakan produk-produk lama, tetapi juga menghasilkan inovasi-inovasi baru yang sepenuhnya berbeda dari sebelumnya. Misalnya, pedang yang menjadi lebih kuat dan ringan atau tombak yang menjadi lebih lentur adalah bentuk penyempurnaan teknologi yang sudah ada. Namun, teknologi baru seperti AI menghadirkan lompatan besar dalam peradaban manusia yang tidak bisa begitu saja dibandingkan dengan kemajuan teknologi sebelumnya (Enlightenment Now: The Case for Reason, Science, Humanism and Progress).

Dalam konteks tersebut, munculnya kecerdasan buatan harus dipahami sebagai sesuatu yang benar-benar baru dan berbeda. AI tidak dapat disamakan dengan penemuan roda atau mesin uap. Dengan memanfaatkan kemajuan dalam komputasi seperti semikonduktor dan internet, AI mampu menganalisis sejumlah besar data yang berasal dari berbagai sumber, baik dari internet maupun perangkat-perangkat yang dipasang di berbagai lokasi, seperti sensor suhu. Setelah menganalisis data tersebut, AI dapat memberikan rekomendasi atau saran kepada manusia mengenai tindakan yang sebaiknya diambil, misalnya apakah seseorang harus melalui Jalan Sudirman atau tidak, atau apakah operasi otak harus segera dilakukan atau tidak. Kemampuan untuk memberikan saran ini jelas merupakan perbedaan utama antara AI dan teknologi sebelumnya, yang umumnya tidak memiliki kecerdasan atau kemampuan untuk berpikir dan membuat keputusan.

Kecerdasan buatan diprediksi akan terus berkembang pesat dan mungkin saja menghasilkan apa yang disebut sebagai "superintelligence" atau kecerdasan super di masa depan. Entitas ini, yang mungkin akan menyerupai manusia, diperkirakan akan mampu berpikir jauh lebih cepat dan memiliki penguasaan atas data yang sangat besar. Profesor Nick Bostrom, Direktur Future of Humanity Institute di Oxford University, memprediksi perkembangan ini secara rinci dan juga mengusulkan pengembangan sistem kontrol untuk memastikan bahwa manusia tidak ditaklukkan oleh AI (Superintelligence: Paths, Dangers, Strategies, 2014).

Di satu sisi, kehidupan kita saat ini sangat terbantu oleh kecerdasan buatan. Banyak hal yang dulu membutuhkan waktu dan usaha yang besar kini dapat dilakukan dengan cepat dan efisien berkat AI. Namun, seperti teknologi lainnya, AI juga memiliki potensi untuk memberikan dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijaksana. Potensi AI untuk mengambil alih otoritas manusia dan pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan oleh manusia menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan hubungan manusia dengan teknologi ini.

Dalam kesimpulannya, kecerdasan buatan bukan hanya sekadar perkembangan teknologi biasa. Ini adalah sesuatu yang benar-benar baru dan berbeda, dengan potensi untuk mengubah dunia secara fundamental. Teknologi ini membawa serta tantangan besar yang harus dihadapi dengan hati-hati, termasuk bagaimana manusia harus beradaptasi dengan perubahan ini dan bagaimana memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan umat manusia, bukan sebaliknya.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait