Rosebay Group Dukung Penggunaan AI dan Big Data di Indonesia
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 30 Nov 2020 11.15 WIB
Big data dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi tren teknologi yang banyak dibicarakan, terutama di masa industri 4.0 saat ini. Pada beberapa tahun terakhir pun, banyak perusahaan yang telah mengadopsi teknologi ini. Namun dalam pengimplementasiannya, masih banyak yang belum paham implementasi yang baik untuk kedua teknologi ini.
Impelementasi yang belum maksimal terkait big data dan AI ini terungkap dalam diskusi virtual Big Data and Artificial Intelligence yang dihelat oleh Rosebay Group, perusahaan teknologi asal Nepal, Kamis (26/11/2020).
Rohit Kumar, Founder dan Executive Chairman Rosebay Group mengatakan bahwa data yang dipadukan dengan kecerdasan buatan akan menjadi smart data atau data pintar. Smart data ini akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, dari mengurangi risiko pengambilan keputusan yang salah, efisiensi, rekomendasi, hingga pemasaran.
“Melalui data, kita bisa mengirim iklan SMS atau email ke konsumen. Melalui bantuan kecerdasan buatan, kita bisa menentukan apakah iklan SMS atau email itu benar-benar terkirim ke konsumen yang sesuai,” kata Rohit.
Rohit pun menuturkan, big data di Indonesia merupakan wilayah baru yang belum cukup dieksplor, begitu pula dengan AI. Padahal menurut Rohit, kebutuhan akan smart data di Indonesia sangat tinggi dan memiliki peluang berkembang yang besar.
“Di Indonesia ada banyak peluang untuk mengolah data dengan baik, karena banyak perusahaan yang masih mengolah datanya secara manual,” tutur Rohit.
Teknologi kecerdasan buatan atau AI sendiri saat ini di Indonesia hanya digunakan oleh perusahaan e-commerce dan perbankan besar. Padahal, penggunaan big data dan AI di perusahaan tidak hanya berhubungan dengan bisnis masif, tetapi juga bisa dipakai di berbagai jenis industri dari kesehatan, logistik, telekomunikasi, hingga sektor publik.
Rohit menyebutkan, dalam peran Rosebay untuk menyediakan layanan big data dan AI di Indonesia, setidaknya ada tiga area yang harus dikembangkan. Ketiga area tersebut yaitu pertama, teknologi face recognition di sektor finansial yang akurat sehingga mempermudah nasabah bank mencocokkan identitas dan mencegah penipuan.
Area kedua,adalah mengurangi bottleneck atau penyumbatan adopsi big data dan AI di Indonesia. Ketiga, berkaitan dengan keamanan yang menggabungkan teknologi blockchain dengan AI. Kombinasi blockchain dan AI ini bisa membantu memastikan keamanan data.
“Kombinasi blockchain dan AI bisa memprediksi kapan kebocoran atau pembobolan data akan terjadi. Blockchain akan membuat data sangat aman, sedangkan AI akan melakukan prediksi dan melakukan pencegahan,” kata Meera Tiwari, Blockchain Business Solution Rosebay Group.
Big data serta AI pun tidak hanya penting untuk diimplementasikan oleh perusahaan berskala besar saja. Meskipun perusahaan besar memang memerlukan implementasi big data dan AI karena telah mengumpulkan data sejak 5-10 tahun terakhir, UMKM dan perusahaan perintis atau startup juga perlu menggunakan big data dan AI.
“Banyak UMKM merasa big data dan AI tidak relevan bagi mereka, karena perusahaan mereka baru saja dibentuk dan masih memiliki sedikit sekali data tentang konsumen. Selain Indonesia, saya temukan juga di pasar seperti Vietnam dan Kamboja,” ujar Aaja Baruwal, Data Driven Transformation for Businesses Rosebay Group.
Hal yang serupa juga terjadi dengan blockchain. Meera menjelaskan, kebutuhan untuk menyimpan data secara aman melalui teknologi blockchain diperlukan oleh semua perusahaan, baik perusahaan berskala kecil maupun besar.
“Dan bisa digunakan untuk semua bisnis. Bahkan dalam 5-10 tahun ke depan blockchain akan menjadi teknologi umum yang akan digunakan oleh semua perusahaan,” jelas Meera.