Satelit Nasional Bisa Dorong Penetrasi Layanan IoT Hingga Pelosok


Internet Of Things

Ilustrasi Internet Of Things

Kehadiran satelit khusus untuk Internet of Things (IoT) diyakini dapat membuat pangsa pasar IoT yang memiliki potensi besar di Indonesia untuk semakin berkembang. Hal ini dikarenakan satelit IoT bisa menghadirkan layanan hingga ke pelosok Indonesia.

Takwa Fuadi, CEO Imani Prima menyampaikan bahwa generasi baru dari satelit IoT akan memiliki karakteristik yang berbeda dengan kebanyakan satelit saat ini. Perbedaan yang tampak mencolok di antaranya, adalah perihal konsumsi energi yang lebih rendah baik untuk satelit maupun alat komunikasi di bumi.

Selain itu, Takwa juga mengatakan bahwa dengan adanya potensi pasar IoT nasional yang besar, maka idealnya ada satelit IoT nasional untuk dapat mendukung layanan tersebut ke seluruh Indonesia. Terutama dengan keberadaan jaringan serat optik saat ini yang dinilai sulit menjangkau daerah-daerah pelosok.

Sebagai informasi, PT Imani Prima sendiri merupakan perusahaan IT dan telekomunikasi yang memiliki layanan pemantauan serta pelacakan alat berat hingga kapal di Indonesia, termasuk pula negara-negara di sekitarnya. Perusahaan pun membutuhkan teknologi satelit untuk mendukung bisnis ini.

“Melalui potensi market IoT nasional yang besar, idealnya memang ada satelit IoT nasional,” kata Takwa, melansir dari Bisnis.com, Selasa (3/8/2021).

Takwa pun menambahkan, kehadiran satelit khusus untuk IoT juga bisa memberikan alternatif jaringan konektivitas bagi IoT dan layanan lain dengan harga lebih terjangkau, sehingga diharapkan ekosistem IoT di Indonesia pun bisa bertumbuh dengan signifikan.

Sementara mengenai tantangan terbesar dalam menggunakan satelit khusus IoT, takwa mengatakan bahwa tantangan ini berupa karakteristik satelit low earth orbit (LEO) yang mengitari bumi serta melingkupi seluruh dunia. Jika hanya untuk Indonesia, maka skala ekonominya kurang memadai dan tujuan harga yang terjangkau bisa tidak tercapai.

“Tantangan ini sebenarnya menarik karena saat ini belum ada pemain satelit LEO khusus melayani lintasan ekuatorial, sehingga Indonesia dapat merintis ini dengan mengharapkan pasar besar lainnya yaitu Brazil,” tutur Takwa.

Sementara laporan dari IoTUK.org menyebut bahwa pasar satelit IoT di Asia Pasifik pada 2023 mendatang diperkirakan akan mencapai US$292 juta. Satelit IoT sendiri digadang-gadang dapat menghadirkan layanan lebih terjangkau, cakupan lebih luas, rendah energi dan aman, serta dedikasi jaringan khusus.

IoTUK menyebutkan pula bahwa industri yang akan menggunakan IoT paling banyak dengan jaringan satelit antara lain sektor keamanan (30%), transportasi (sekitar 24%), serta kargo (17%) dengan mayoritas satelit beroperasi menggunakan L-Band, dengan jenis LEO.


Bagikan artikel ini