Pakar Peringatkan Teknologi AI Bisa Picu Bencana Setara Perang


Ilustrasi Artificial Intelligence

Ilustrasi Artificial Intelligence

Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang saat ini telah dimanfaatkan secara masif di berbagai lini industri disebut sejumlah pakar bisa memicu bencana besar, bahkan dinilai setara dengan perang nuklir.

Sebuah survei terhadap pakar AI yang dilaksanakan oleh Julian Michael di New York University Center for Data Science mengungkapkan, bahwa 36% dari mereka berpikir bahwa AI memiliki potensi untuk memacu bencana besar sebelum tahun 2030.

AI sendiri kini telah hadir di berbagai lini kehidupan, mulai dari di rumah, kantor hingga mobil dan fasilitas lainnya untuk dapat mempermudah kehidupan manusia. Sejatinya AI diciptakan untuk dapat mendukung pekerjaan manusia.

Namun dari semua pemanfaatan AI di berbagai bidang, AI paling berbahaya digunakan dalam sistem militer. Kawanan drone bersenjata tanpa awak yang dikendalikan dengan AI dalam skala besar dapat segera digunakan untuk menyerang pangkalan atau kapal dengan cepat. Jenis serangan ini tidak dapat dilawan dengan kekuatan manusia.

“Ketika anda bertahan melawan kawanan drone, manusia mungkin diminta untuk membuat keputusan pertama itu, tetapi saya tidak yakin ada manusia yang bisa mengikutinya,” kata Kepala Komando Masa Depan Angkatan Darat Amerika Serikat, Jenderal John Murray dalam keterangannya di Daily Star, melansir dari CNBC Indonesia, Jumat (7/10/2022).

Sementara penerapan AI untuk teknologi deepfake yang membuat video seperti menuturkan informasi asli disebut dapat menyebarkan disinformasi ke seluruh dunia, menciptakan kekacauan politik yang kemudian mendorong terjadinya perang.

Salah satu pakar, Nina Schick mengatakan bahwa teknologi deepfake telah memulai perang dunia ketiga secara daring, dan memiliki tanggung jawab atas korosi realitas. Ia juga mengatakan bahwa perang ini akan mengurangi tentara berangkat melintasi perbatasan, namun sebagai gantinya pesawat dan tank yang didukung AI akan bergerak di medan perang.

“Perang akan tentang mengendalikan narasi, mempengaruhi opini publik dengan satu atau lain cara. Apa yang terjadi sekarang adalah bahwa sifat perang berubah begitu cepat sehingga kita belum mengejarnya,” pungkas Nina.


Bagikan artikel ini