Trend Micro: 81% Perusahaan di Indonesia Alami Kebocoran Data


Trend Micro

Logo Trend Micro

Perusahaan layanan cybersecurity, Trend Micro mengungkapkan laporannya yang menyatakan bahwa peningkatan serangan siber bisa meningkat dalam setahun terakhir. Bahkan berdasarkan survei terbaru, sebanyak 81% perusahaan di Indonesia mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan ke depan.

Temuan mengenai kebocoran data tersebut ditemukan sebagai hasil dari laporan Trend Micro yang dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu Cyber Risk Index (CRI) yang mengukur gap antara kesiapan keamanan siber atau cybersecurity responden dengan kemungkinan mengalami serangan siber.

“Berdasarkan temuan di Indonesia, kami melihat adanya peningkatan kekhawatiran akan risiko kebocoran data. Hal ini perlu mendapat respon cepat karena serangan siber menimbulkan dampak serius bagi perusahaan,” kata Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia dalam keterangannya, melansir dari Selular.id, Senin (6/9/2021).

Trend Micro sendiri melakukan survei CRI ke lebih dari 3.600 bisnis dari berbagai ukuran serta sektor industri di 24 negara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan survei tersebut, lebih dari setengah responden pun menyatakan mereka mengalami kebcooran data pelanggan dalam 12 bulan terakhir.

Maka berdasarkan pernyataan tersebut, perusahaan pun harus dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik. Salah satunya dengan melakukan identifikasi data penting berisiko tinggi, kemudian fokus pada ancaman yang dapat berdampak besar pada bisnis, serta menggunakan perlindungan berlapis dengan platform yang komprehensif dan saling terhubung.

Laporan Trend Micro ini juga menunjukkan bahwa terdapat tiga konsekuensi negatif akibat serangan cyber yang paling menjadi perhatian di Indonesia, di antaranya adalah kekayaan intelektual yang termasuk rahasia dagang, gangguan ataupun kerusakan pada infrastruktur penting, dan biaya jasa yang harus dikeluarkan untuk konsultan atau ahli dari luar perusahaan.

Temuan di Indonesia sendiri pun menunjukkan bahwa sebanyak 65% perusahaan di Indonesia menyampaikan kemungkiunan akan mengalami serangan siber yang serius dalam 12 bulan mendatang. 28% di antaranya mengalami serangan siber pada jaringan atau sistem, 20% aset informasi, kemudian 29% lainnya mengatakan telag alami pelanggaran data pelanggan.

Selain itu, laporan Trend Micro ini juga menyampaikan bahwa ditemukan Ransomware dan Malicious Insider sebagai dua dari jenis serangan siber yang menjadi perhatian utama perusahaan di Indonesia.

Serangan tersebut pun terbilang cukup berisiko, karena menyasar keamanan dalam infrastruktur IT yang dianggap memiliki risiko paling tinggi. Hal ini meliputi penyedia dan infrastruktur cloud computing, kompleksitas dalam perusahaan, serta kurangnya tim dengan keahlian yang dibutuhkan.

Survei CRI pun menunjukkan beberapa tantangan utama dalam kesiapan cybersecurity, antara lain kurangnya keselerasan antara tujuan keamanan IT dengan tujuan bisnis, serta kurangnya diskusi dan sharing mengenai informasi ancaman serangan siber antara perusahaan dan pemerintah.


Bagikan artikel ini