Teknologi AI Bisa Dorong Kinerja Industri Telekomunikasi


Artificial Intelligence

Ilustrasi Artificial Intelligence

Neuro.net, startup pengembang teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) berbasis di Amerika Serikat memaparkan pandangannya mengenai masa depan bisnis-bisnis yang berbasis teknologi dan komunikasi.

SEA Regional Business Development Manager Neuro.net, Yustin Noval menyampaikana bahwa Indonesia dan hampir sebagian besar negara di dunia telah melalui masa tidak terprediksi selama tahun 2020. Maka dari itu, kini terjadi perubahan cara kerja masyarakat yang mulai mengarah ke penggabungan gaya lama dan baru.

Yustin juga menyebutkan bahwa industri telekomunikasi kian menjadi sorotan. Adanya ketergantungan masyarakat pada jasa internet serta konektivitas yang semakin meningkat seiring kebutuhan bekerja dan belajar dari rumah, bahkan untuk mengakses tayangan hiburan pula menjadi alasan atas sorotan ini.

Yustin pun mengatakan bahwa pihaknya kemudian juga menerima peningkatan permintaan untuk layanan contact center dari beberapa operator telekomunikasi di beberapa negara.

“Jika bicara global, perusahaan kami saat ini mencatat kenaikan trafik panggilan sampai tiga puluh persen setiap bulannya. Banyaknya permintaan dari pelanggan membuat perusahaan-perusahaan mitra kami juga harus siap ekstra untuk melayani setiap panggilan dengan cepat dan efisien,” tutur Yustin dalam keterangan resmi, Rabu (7/4/2021).

Saat ini Neuro.net sendiri telah bermitra dengan lebih dari 10 perusahaan telekomunikasi yang tersebar di lebih dari lima negara. Layanan contact center yang berbasis voice-AI merupakan salah satu dari layanan yang ditawarkan Neuro.net. Yustin menyampaikan vahwa agen-agen virtual dari perusahaan ini memiliki tingkat kemiripan dan respon tinggi layaknya manusia.

“Pemanfaatan agen virtual bagi perusahaan telekomunikasi sangatlah krusial bagi bisnis dan reputasi perusahaan. Terlebih dengan trafik yang tinggi, teknologi Neuro.net memungkinkan bisnis bisa menjawab pertanyaan sampai memberikan solusi kepada konsumen dengan waktu yang singkat dan semuanya dioperasikan oleh bot,” kata Yustin.

Sebagai contoh pengaruh AI yang mampu mendorong kinerja industri telekomunikasi, adalah sebuah perusahaan telekomunikasi di Eropa Timur yang sudah menerapkan agen virtual berbasis AI selama masa pandemi.

Perusahaan ini mencatat biaya yang dikeluarkan hanya setengah dari biaya contact center konvensional biasa, namun dengan tingkat efisiensi yang sama dan bahkan lebih tinggi. AI sendiri dimanfaatkan untuk panggilan outbound guna menawarkan produk terbaru dan mengumpukan feedback konsumen.

Hasil kerjanya pun melebihi ekspetasi, di mana untuk penawaran produk agen virtual AI berhasil melakukan lebih dari 10.000 panggilan dengan tingkat konversi sebesar 37 persen yang melebihi target utama sebesar 35 persen. Sistem pun berhasil menangani 98 persen dialog pertanyaan feedback dari konsumen tanpa kesalahan.

“Perlu diingat, disini kami tidak ingin menghilangkan peran manusia sama sekali. Justru dengan mengalihkan sebagian tugas kepada agen virtual, perusahaan bisa mengalokasikan talent manusia lebih banyak ke sektor-sektor yang membutuhkan daya kreatif, analisis, dan aspek sosial lainnya,” jelas Yustin.


Bagikan artikel ini