Telkomsel Manfaatkan Teknologi 5G untuk Revolusi Industri 4.0


Logo Telkomsel

Logo Telkomsel

Teknologi 5G diyakini bakal mampu mempercepat transformasi sosial ekonomi maupun budaya secara digital di banyak negara, tidak terkecuali di Indonesia. Seperti yang sudah kita sama-sama ketahui, salah satu keunggulan dari 5G adalah kecepatan transfer data yang tinggi dan latensi yang rendah.

Sebagai ‘The First 5G Operator’ di Indonesia, Telkomsel juga terus melanjutkan komitmen dalam edukasi serta pengalaman akses jaringan 5G yang dikembangkannya. Seperti diketahui, teknologi 5G dapat menghadirkan pengalaman akses broadband yang lebih prima dibandingkan generasi sebelumnya.

Pengalaman akses jaringan 5G yang ditawarkan di antaranya koneksi data lebih cepat untuk dan streaming yang lebih lancar, tingkat latensi yang sangat rendah sehingga mampu membuat koneksi jadi lebih responsif, hingga menghubungkan lebih banyak perangkat tanpa menurunkan kualitas jaringan.

Seperti dijelaskan oleh Dharma Simorangkir, Senior Vice President Enterprise Account Management Telkomsel, bahwa teknologi 5G memiliki karakteristik yang berbeda dengan teknologi sebelumnya, dalam hal ini 4G. Dikatakan bahwa kecepatan 5G bisa mencapai 20 kali lipat dibandingkan 4G.

“Memiliki koneksi data yang lebih cepat, tingkat latensi yang sangat rendah dan mampu menghubungkan lebih banyak perangkat, tentu saja teknologi 5G sangat relevan dengan industri yang ada saat ini. Apalagi pemerintah sedang mendorong yang namanya Revolusi Industri 4.0,” ungkap Dharma. 

Mengutip dari laman Forbes, Revolusi Industri generasi keempat bisa diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Hal ini digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan.

Sebenarnya campur tangan komputer sudah ikut dalam Revolusi Industri 3.0. Kala itu komputer dinilai sebagai ‘disruptive’ atau bisa diartikan sesuatu yang mampu menciptakan peluang pasar baru. Setelah dapat diterima, saat ini machine learning dan AI ada di tahap tersebut.

Singkatnya, di era Revolusi Industri 4.0, pelaku industri membiarkan komputer saling terhubung untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia. Kombinasi dari sistem fisik-cyber, Internet of Things (IoT), dan Internet of Systems membuat Revolusi Industri 4.0 menjadi mungkin, serta membuat pabrik pintar menjadi kenyataan. 

Dharma pun mencontohkan implementasi jaringan 5G terkait kecepatan yang ditawarkan dengan Revolusi Industri 4.0, di mana peruntukannya bisa dimanfaatkan dalam industri kesehatan. Sebagai contoh, transfer data atau file gambar berukuran besar saat CT Scan.

“Jika terkait dengan latensi yang sangat kecil, yakni bisa menyentuh angka 1 ms, teknologi 5G tentunya sangat cocok diimplementasikan dalam industri otomotif. Contohnya kendaraan otonom atau tanpa pengemudi yang memerlukan reaksi super cepat dari satu instruksi ke instruksi lainnya,” jelas Dharma.

Karakteristik lainnya dari teknologi 5G yang dijelaskan oleh Dharma adalah segi konektivitas. Disebutkan bahwa 5G menargetkan setiap perangkat yang terkoneksi dengan presisi hingga 1 juta sensor dan perangkat per kilometer persegi. Sudah barang tentu, akan semakin banyak perangkat yang bisa saling terkoneksi dengan teknologi ini.

“Dengan segala kemungkinan yang ditawarkan dan tak terbatas, teknologi 5G akan membawa banyak keuntungan di semua jenis industri di Indonesia. Dan tentu saja, hal ini sejalan dengan Revolusi Industri 4.0 yang didorong oleh pemerintah. Telkomsel pun dengan inovasi yang dimilikinya berkomitmen untuk ambil bagian,” pungkas Dharma.


Bagikan artikel ini