Trellix Ciptakan Platform XDR dengan Memanfaatkan Teknologi AI


Artificial Intelligence New

Artificial Intelligence

Trellix, sebagai penyedia solusi keamanan siber melalui deteksi dan respons yang diperluas (Extended Detection and Response/ XDR) untuk berbagai organisasi, memfokuskan pada percepatan inovasi teknologi melalui pembelajaran mesin dan otomatisasi.

Menurut catatan Trellix, ancaman keamanan siber sektor jasa keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara semakin meningkat terutama dipicu oleh ketidakstabilan ekonomi, konflik politik dan militer di berbagai negara di dunia.

Kendati ancaman keamanan di sektor jasa keuangan menjadi semakin tinggi, pendekatan keamanan yang dilakukan berbagai institusi masih tertinggal. Padahal lembaga-lembaga keuangan harus terus menghadirkan penawaran digital baru, sambil tetap memantau dan melindungi diri dari ancaman yang berevolusi. Ini berarti bahwa solusi keamanan statis dan tertutup tidak akan lagi memadai.

Hal itu yang mendasari Trellix menciptakan platform XDR. Ekosistem XDR holistik dari Trellix mengkonsolidasikan semua produk keamanan ke dalam platform yang saling terhubung.

Alat keamanan Trellix yang disenjatai XDR baru memanfaatkan artificial intelligence (AI) dan pembelajaran mesin untuk membantu memprediksi dan mendeteksi serangan. Hal ini memungkinkan institusi perbankan dan keuangan untuk tetap tangguh dalam menghadapi ancaman yang berkembang.

Kini pembaruan XDR juga memberi institusi keuangan dan perbankan Trellix kemampuan untuk menyerap lebih dari enam ratus teknologi keamanan yang native dan terbuka. Sama seperti slogannya yaitu keamanan yang hidup (living security), evolusi XDR ini langsung tersedia bagi institusi keuangan untuk menjawab lansekap keamanan siber yang senantiasa berubah.

“Ketika ancaman terus berkembang, bermutasi terus secara real time sebagai imbas ketidakstabilan politik dunia, lembaga keuangan perlu menyiapkan diri dan beradaptasi. Perlu adanya pendekatan baru yang berpusat pada keamanan yang hidup, yang dimungkinkan melalui interkoneksi berbagai sensor dan kemampuan intelijen ancaman,” ujar Managing Director Asia di Trellix, Jonathan Tan dalam keterangan tertulis, Senin (14/3).

Dia menambahkan, platform XDR Trellix sekarang berevolusi berkat otomatisasi, pembelajaran mesin, AI, dan intelijen ancaman skalabel yang dapat menyerap ratusan teknologi keamanan native lain.

Diungkap dalam laporan Advanced Threat Report 2022, industri jasa keuangan telah lama menjadi sasaran utama para pelaku kejahatan siber. Namun kehadiran teknologi digital seperti internet banking, aplikasi seluler dan perbankan terbuka telah membuat institusi semakin rentan terhadap serangan, dan membuka peluang baru bagi penjahat siber yang canggih.

Di awal tahun ini, telah terjadi kebocoran data Bank Indonesia secara besar-besaran. Bahkan di Singapura juga terjadi kehilangan dana nasabah sebesar Sin$13 juta dalam kasus penipuan SMS phishing yang sangat canggih. Menurut survei keamanan informasi global EY 2021, (GISS), lebih dari 89% eksekutif industri dan perbankan menjadikan keamanan siber sebagai kekhawatiran dan faktor risiko utama, sedangkan lebih dari tiga dari empat (77%) responden di tahun ini melihat adanya peningkatan jumlah serangan yang berbahaya, seperti ransomware, selama 12 bulan terakhir.

Melansir dari Beritasatu.com, Trellix juga melihat adanya risiko jenis Advanced Persistent Threat (APT) – sebuah serangan berkepanjangan dan terfokus, yang tujuan utamanya adalah pengumpulan intelijen atau pencurian data.

Tahun lalu saja, para peneliti Trellix menemukan kampanye APT yang menyembunyikan kehadiran mereka di dalam organisasi selama bertahun-tahun, mengumpulkan data berharga secara diam-diam – termasuk informasi yang sangat sensitif dan berpotensi dimanfaatkan untuk tujuan militer.

Sebagai informasi, saat ini penetrasi XDR masih dalam tahap awal di Asia-Pasifik, dengan tingkat penetrasi sekitar 5-10%. Diperkirakan dengan semakin matangnya lansekap keamanan di Asia Pasifik, dan didorong oleh kondisi keamanan global yang semakin pelik, makin banyak lembaga keuangan yang akan mengadopsi teknologi ini di masa yang akan datang.

Bahkan pemerintah Singapura melalui Otoritas Moneter sudah menjadikan keamanan siber yang prima sebagai keharusan, mewajibkan institusi keuangan mereka untuk memiliki penilaian risiko penuh sebelum pihak ketiga terhubung ke sistem TI mereka melalui API.


Bagikan artikel ini