Lawan Brain Rot: 4 Cara Jitu Pulihkan Fokus & Konsentrasi
- Rita Puspita Sari
- •
- 21 Apr 2025 21.01 WIB

Ilustrasi Brain Rot
Di tengah derasnya arus informasi dan hiburan digital, kita tidak hanya dimanjakan dengan kemudahan akses, tapi juga dihadapkan pada bahaya yang tersembunyi: brain rot. Istilah ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun fenomenanya sudah sangat nyata, terutama di kalangan generasi muda seperti Gen Z dan Gen Alpha.
Brain rot mengacu pada kondisi penurunan kemampuan kognitif otak yang disebabkan oleh terlalu sering mengonsumsi konten digital yang dangkal, tidak bermakna, dan hanya sekadar hiburan kosong. Mungkin kita tidak menyadarinya, tetapi kebiasaan scroll TikTok berjam-jam, binge-watching video receh di YouTube Shorts, atau sekadar melihat meme tanpa henti bisa menjadi pemicu utama brain rot.
Untungnya, kondisi ini bukan akhir dari segalanya. Seperti yang dijelaskan oleh Taufiq Pasiak, seorang ilmuwan neurosains dan perilaku sekaligus CEO Sekolah Otak Indonesia, “otak manusia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya sendiri berkat sebuah mekanisme yang disebut neuroplastisitas. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk menyesuaikan dan membentuk ulang koneksi saraf sebagai respons terhadap pengalaman dan latihan”.
Dengan kata lain, otak kita bisa sembuh dari dampak buruk brain rot jika kita tahu bagaimana cara merawat dan melatihnya kembali. Nah, berikut adalah empat cara ampuh dan praktis yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi brain rot sekaligus menjaga kesehatan otak di era digital:
-
Lakukan Detoks Digital: Puasa Layar Demi Kesehatan Mental
Detoks digital atau digital detox adalah langkah pertama dan paling penting. Artinya, kita perlu mengurangi paparan terhadap layar gadget, terutama dari konten media sosial yang berlebihan. Mengapa ini penting? Karena setiap kali kita terpapar notifikasi, scroll feed tanpa henti, atau konsumsi video singkat secara terus-menerus, otak kita bekerja dalam mode respons cepat tanpa kesempatan untuk mencerna informasi secara mendalam.Tips praktis detoks digital:
- Tetapkan waktu tanpa layar setiap hari, misalnya 1-2 jam sebelum tidur.
- Gunakan aplikasi seperti Digital Wellbeing atau Forest untuk membatasi waktu pemakaian aplikasi tertentu.
- Jadwalkan "puasa media sosial" selama 1 hari penuh dalam seminggu.
- Hindari membuka HP segera setelah bangun tidur dan sebelum tidur.
Dengan melakukan detoks digital, kamu memberi ruang bagi otak untuk beristirahat dan menyembuhkan dirinya dari overstimulasi. Pikiran akan menjadi lebih jernih, lebih tenang, dan fokus pun perlahan kembali pulih. -
Latihan Fokus: Kembalikan Konsentrasi dengan Cara Menyenangkan
Salah satu dampak nyata dari brain rot adalah kesulitan fokus. Kita menjadi mudah terdistraksi, bahkan untuk melakukan aktivitas sederhana seperti membaca satu halaman buku saja terasa berat. Untuk mengatasinya, kita perlu melatih ulang fokus secara bertahap.Menurut Taufiq Pasiak, latihan fokus bisa dilakukan dengan teknik mindfulness atau membaca buku dengan durasi yang diatur secara dinamis. Artinya, mulai dari waktu singkat dulu, lalu meningkat seiring waktu.
Tips melatih fokus:
- Mulailah membaca buku selama 10-15 menit setiap hari, lalu tingkatkan durasinya secara bertahap.
- Lakukan meditasi singkat atau latihan pernapasan (breathing exercise) selama 5 menit per hari.
- Gunakan teknik Pomodoro: 25 menit fokus kerja + 5 menit istirahat, dan ulangi beberapa siklus.
- Latihan visualisasi atau journaling pagi hari juga bisa membantu mengarahkan fokus sebelum memulai aktivitas.
Latihan-latihan ini terbukti membantu meningkatkan durasi dan kualitas perhatian, serta mengembalikan kemampuan otak untuk berpikir secara mendalam. -
Stimulasi Otak: Tantang Diri dengan Aktivitas Bermakna
Otak adalah organ yang mencintai tantangan. Saat tidak digunakan dengan maksimal, ia cenderung "malas" dan menurun fungsinya. Maka dari itu, penting bagi kita untuk terus memberikan stimulus intelektual dan kreatif yang memicu pertumbuhan koneksi neuron baru.Salah satu cara efektif adalah dengan melibatkan diri dalam aktivitas menantang, seperti:
- Memecahkan teka-teki logika, Sudoku, atau permainan asah otak.
- Belajar bahasa asing, baik melalui aplikasi atau kursus daring.
- Menulis jurnal atau artikel pendek tentang topik yang kamu sukai.
- Membaca buku non-fiksi atau buku bertema pemikiran kritis dan filsafat.
- Mengikuti kelas daring yang mengasah skill baru, seperti desain, coding, atau storytelling.
Aktivitas ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga memberi kesempatan bagi otak untuk bekerja lebih aktif dan kreatif. Semakin sering kita menantang diri dengan hal baru, semakin banyak pula koneksi saraf yang terbentuk. Ini membuat otak lebih fleksibel dan kuat dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari. -
Pilih Konten Berkualitas: Ganti "Konten Receh" dengan Konten Berisi
Kita tidak bisa menghindari dunia digital sepenuhnya, tapi kita bisa memilih konten yang kita konsumsi. Inilah langkah yang sering diabaikan banyak orang. Ingat, apa yang kita baca, tonton, dan dengarkan setiap hari akan membentuk cara kita berpikir.Konten receh yang viral dan lucu memang memberi hiburan instan, tapi terlalu banyak mengonsumsinya bisa membuat otak malas berpikir. Sebaliknya, konten edukatif, inspiratif, dan mendalam bisa memperkaya pengetahuan dan mempertajam daya pikir kita.
Tips memilih konten berkualitas:
- Ikuti akun-akun media sosial yang membahas topik edukatif, seperti psikologi, teknologi, sains, dan sejarah.
- Dengarkan podcast inspiratif saat berkendara atau beristirahat.
- Tonton dokumenter atau video panjang yang membahas isu sosial dan ilmu pengetahuan.
- Kurasi feed media sosial dengan unfollow akun-akun yang hanya membagikan konten tidak bermakna.
- Gabung ke komunitas daring yang membahas topik menarik, seperti forum diskusi, klub buku, atau grup belajar online.
Dengan memperbaiki "diet digital" kita, lambat laun pola pikir akan ikut berubah. Otak akan kembali terbiasa menyerap informasi bermutu dan berpikir kritis dalam menyikapi berbagai hal.
Saatnya Ambil Kendali atas Kesehatan Otakmu
Brain rot bukan kondisi permanen. Kita semua memiliki kemampuan untuk pulih berkat keajaiban neuroplastisitas otak. Namun, proses pemulihan ini membutuhkan komitmen dan kesadaran untuk mengubah kebiasaan digital kita.
Mulailah dengan langkah kecil: kurangi layar, latih fokus, tantang otak, dan pilih konten berkualitas. Meskipun hasilnya tidak instan, perlahan kamu akan merasakan perubahan besar pikiran jadi lebih jernih, produktivitas meningkat, dan hidup pun terasa lebih bermakna.
Ingat, di era digital ini, menjaga kesehatan mental dan otak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Jangan biarkan gadget mengendalikanmu. Jadikan teknologi sebagai alat bantu, bukan sebagai penguasa hidupmu.
Yuk, mulai langkah pertama hari ini. Otakmu berhak untuk diselamatkan!