Menghadapi Tantangan Data Governance di Era Digital
- Mutiara Aisyah
- •
- 28 Jan 2025 22.33 WIB

Ilustrasi Matriks Data Governance
Di tengah derasnya transformasi digital, data telah menjelma menjadi sumber daya strategis yang tidak hanya mendukung operasional, tetapi juga menentukan arah kebijakan dan inovasi bisnis. Organisasi yang mampu mengelola data secara efektif dapat melaju lebih cepat dibandingkan kompetitornya. Namun, mengelola data bukan sekadar menyimpannya. Diperlukan fondasi kuat berupa kerangka kerja tata kelola data yang terstruktur, andal, dan terukur. Inilah esensi dari data governance.
Meski semakin banyak organisasi menyadari pentingnya tata kelola data, implementasinya tidak semudah membalik telapak tangan. Tantangan teknis, budaya, dan strategis kerap kali menghadang. Artikel ini mengupas tuntas tantangan-tantangan tersebut, sekaligus menawarkan solusi berbasis praktik terbaik dari berbagai organisasi yang telah melalui proses serupa.
Mengapa Data Governance Menjadi Prioritas Strategis
Data governance mencakup proses, kebijakan, dan standar yang dirancang untuk menjamin data bersifat akurat, aman, konsisten, dan dapat digunakan secara efektif lintas fungsi dalam organisasi. Referensi utama seperti DAMA-DMBOK menempatkan data governance sebagai pilar penting dalam pengelolaan kualitas data, keamanan informasi, manajemen metadata, hingga kepatuhan terhadap regulasi.
Tanpa fondasi tata kelola yang jelas, data berpotensi menjadi beban. Risiko seperti duplikasi informasi, inkonsistensi laporan, atau bahkan kebocoran data pribadi bisa muncul sewaktu-waktu. Sebaliknya, penerapan data governance yang kokoh akan menghasilkan efisiensi proses bisnis, meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan, dan memperkuat posisi organisasi dalam menghadapi audit atau regulasi yang semakin ketat.
Tujuh Tantangan Umum dalam Implementasi Data Governance
1. Kurangnya Dukungan dari Pimpinan Puncak
Banyak inisiatif data governance gagal di tahap awal karena tidak mendapat dukungan strategis dari manajemen. Proyek dianggap urusan teknis semata, bukan sebagai investasi jangka panjang.
Solusi terbaik adalah membangun pemahaman bersama melalui pendekatan berbasis nilai bisnis. Presentasi data nyata, studi kasus relevan, serta narasi yang mengaitkan inisiatif data governance dengan efisiensi biaya atau peningkatan pengalaman pelanggan dapat membuka mata manajemen.
2. Budaya Organisasi yang Belum Siap
Sikap resistif terhadap perubahan dan rendahnya literasi data di kalangan karyawan sering menjadi batu sandungan. Padahal, keberhasilan data governance sangat bergantung pada perilaku manusia yang terlibat.
Solusinya tidak bisa instan. Dibutuhkan upaya terus-menerus membangun budaya yang menghargai data, melalui pelatihan, komunikasi dua arah, dan apresiasi kepada individu yang menunjukkan komitmen terhadap tata kelola data.
3. Data yang Terfragmentasi
Data yang tersebar di berbagai sistem dan silo organisasi membuat integrasi dan konsolidasi menjadi rumit. Ketika sistem tidak “berbicara” satu sama lain, maka insight yang dihasilkan pun terfragmentasi.
Untuk menjawab tantangan ini, organisasi dapat mengembangkan strategi integrasi data jangka panjang seperti data lake atau data warehouse, serta memanfaatkan platform terpadu yang memungkinkan interoperabilitas antar aplikasi.
4. Keterbatasan Talenta dan Keahlian
Permintaan terhadap profesional data governance jauh lebih tinggi dibandingkan pasokannya. Banyak organisasi kesulitan menemukan tenaga kerja yang memahami sekaligus sisi teknis dan sisi regulasi dari tata kelola data.
Pendekatannya bisa melalui pelatihan internal, program sertifikasi, hingga kerja sama dengan konsultan atau mitra eksternal sebagai akselerator awal sambil membangun kapasitas internal secara bertahap.
5. Kepemilikan Data yang Tidak Jelas
Ketika tidak ada pihak yang secara resmi bertanggung jawab atas suatu jenis data, maka kontrol dan akuntabilitas pun mengambang. Ini bisa menimbulkan konflik, terutama ketika terjadi insiden data.
Solusi terbaik adalah menetapkan peran formal seperti data steward dan data owner, lengkap dengan deskripsi tugas dan wilayah tanggung jawab yang terdokumentasi. Model seperti matriks RACI bisa membantu memperjelas distribusi peran ini.
6. Tekanan Kepatuhan terhadap Regulasi
Dengan semakin kompleksnya lanskap regulasi global seperti GDPR, HIPAA, hingga UU PDP di Indonesia, perusahaan dituntut untuk cepat beradaptasi dan membuktikan kepatuhannya.
Pendekatan yang efektif adalah membentuk unit atau tim kepatuhan data yang terintegrasi dengan unit hukum dan IT, serta memanfaatkan teknologi automasi untuk mendeteksi potensi pelanggaran sejak dini.
7. Sulitnya Mengukur Keberhasilan
Banyak organisasi belum menetapkan indikator kinerja yang jelas untuk menilai efektivitas inisiatif data governance. Akibatnya, program ini sulit dipertahankan karena dianggap tidak menghasilkan dampak langsung.
Langkah pertama adalah menetapkan Key Performance Indicators (KPI) yang relevan dan dapat diukur. Audit internal secara berkala juga penting untuk menilai apakah kebijakan yang dibuat benar-benar dijalankan.
Membangun Strategi Data Governance yang Efektif
Merespons berbagai tantangan tersebut, organisasi perlu menyusun strategi yang sistematis dan berkelanjutan. Beberapa pendekatan yang terbukti berhasil antara lain:
- Membentuk Komite Data Governance
Komite lintas fungsi ini dapat memastikan kebijakan yang diambil merepresentasikan kebutuhan berbagai unit kerja. Kolaborasi antara IT, bisnis, hukum, dan kepatuhan menjadi kunci. - Mengadopsi Teknologi Pendukung
Beragam solusi seperti metadata management, data lineage tools, dan data quality dashboards dapat mempercepat implementasi data governance secara operasional. - Membangun Roadmap yang Realistis
Alih-alih mencoba menyelesaikan semuanya sekaligus, organisasi sebaiknya membagi implementasi ke dalam tahapan prioritas berdasarkan risiko dan kesiapan internal. - Menginvestasikan pada Pendidikan dan Literasi Data
Program pelatihan internal maupun kerja sama dengan lembaga eksternal sangat penting untuk membentuk mindset yang tepat dalam mengelola data sebagai aset strategis. - Merumuskan Standar dan Kebijakan yang Konsisten
Dokumentasi yang baik akan menjadi referensi yang memandu seluruh pihak agar memiliki pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip tata kelola data.
Data governance bukanlah proyek satu kali selesai. Ia adalah perjalanan panjang yang menuntut komitmen jangka panjang dari seluruh lapisan organisasi. Tantangan yang ada bukan halangan, tetapi panggilan untuk berbenah. Dengan pendekatan yang terstruktur, kolaborasi yang erat, serta investasi yang cermat dalam teknologi dan sumber daya manusia, organisasi dapat membangun tata kelola data yang tidak hanya kuat, tetapi juga adaptif menghadapi perubahan zaman.
Dan di tengah arus data yang tak pernah surut, justru tata kelola yang rapi dan bijaksana-lah yang akan membawa organisasi ke pelabuhan sukses yang sebenarnya.