Ini 4 Hal yang Harus Bisnis Hindari dalam Menerapkan Teknologi AI


Artificial Intelligence New

Artificial Intelligence

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kedepannya akan memiliki peran yang penting untuk mengatasi permasalahan operasional bisnis, khususnya dalam bidang pengalaman pelanggan atau customer experience.

Irzan Raditya, CEO & Co-Founder Kata.ai yang merupakan perusahaan teknologi AI dengan fokus pada pengembangan teknologi artificial intelligence customer experience (AICX) mengatakan, bahwa pandemi saat ini telah mengubah gaya hidup masyarakat secara masif, dengan munculnya beragam kebiasaan baru sebagai solusi pemenuhan kebutuhan masyarakat lewat inovasi teknologi.

“Salah satunya adalah penggunaan chatbot, yaitu sebuah teknologi AI yang dikembangkan untuk bisa melayani konsumen secara real-time lewat fitur chatting,” tutur Irzan dalam keterangannya, melansir dari Selular.id, Rabu (23/3/2022).

Irzan kemudian melanjutkan, bahwa dewasa ini tidak dipungkiri keputusan konsumen sebelum memilih suatu jasa atau produk ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya, adalah performa dari customer service.

Teknologi chatbot berbasis AI sendiri kini akrab ditemukan masyarakat dalam keseharian melalui fitur chatting. Sementara berdasarkan riset dari PwC, tahun 2030 mendatang akan ada kontribusi sebesar 45% dari produk domestik bruto global dari peningkatan daya tarik produk yang didorong oleh minat tinggi pasar.

Hal ini pun didasari oleh penerapan AI yang masif sehingga mendorong adanya variasi produk, peningkatan personalisasi kebutuhan konsumen, hingga daya tarik promosi yang semakin terjangkau.

“Sedangkan di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia, total produk domestik bruto akan meningkat sebesar 10,4% dari adopsi teknologi AI di berbagai industri,” ungkap Irzan.

Namun meskipun penerapan AI memiliki potensi yang besar, Irzan mengatakan bahwa ada beberapa kesalahan umum dalam memanfaatkan AI. Oleh karena itu, menurutnya perlu ada persiapan matang sebelum suatu bisnis dikatakan siap untuk menggunakan teknologi AI, sehingga eksekusi teknologi dapat menjadi solusi tepat guna dan memberikan dampak positif.

Berikut adalah beberapa kesalahan umum yang harus dihindari oleh bisnis sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan teknologi AI dalam operasionalnya.

1. Tidak memiliki evaluasi dari masalah

Penerapan teknologi AI sendiri selalu berawal dari masalah yang ingin diatasi dalam proses bisnis. Masalah ini pun dapat datang dari berbagai macam faktor yang berkaitan dengan proses operasional bisnis tersebut.

Perusahaan kemudian harus mengetahui permasalahan dasar yang ingin dituntaskan melalui penerapan teknologi automasi. Hal ini agar AI dapat didesain secara spesifik untuk mengatasi problematika bisnis yang dihadapi.

2. Tidak memiliki tujuan yang jelas

Kejelasan tujuan perusahaan untuk menerapkan AI akan mempengaruhi penerapan yang didasarkan pada proses operasional bisnis yang ingin diperbaiki ataupun dikembangkan oleh perusahaan.

Hal ini karena teknologi AI sangat bergantung pada situasi dan kondisi bisnis, di mana AI diciptakan berdasarkan pada tujuan spesifik dari setiap permasalahan bisnis yang ingin dituntaskan oleh perusahaan.

Adanya tujuan yang jelas akan membantu penyedia jasa integrasi sistem atau solusi teknologi untuk mengetahui bagaimana cara mempersiapkan produk yang sesuai dengan kebutuhan sebuah bisnis, serta mampu meningkatkan produktivitas bahkan efisiensi dalam kegiatan operasional bisnis.

3. Tidak memiliki data yang siap diolah

Teknologi AI tidak akan mampu untuk berjalan sendiri tanpa didukung oleh data yang siap diolah lebih lanjut. Pelaku usaha harus memanfaatkan data yang diperoleh dari proses bisnis yang sudah berjalan sebelum menerapkan AI pada kegiatan operasional bisnis.

Data ini akan membantu untuk mengetahui bagaimana kondisi sebuah bisnis serta faktor-faktor pendukung lainnya secara mendalam, sehingga teknologi AI dapat disesuaikan dengan situasi yang terjadi pada bisnis perusahaan.

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan ingin meningkatkan customer engagement, maka perusahaan harus memastikan ada data lengkap konsumen mengenai kebiasaan bertransaksi hingga produk favorit konsumen, sehingga AI dapat membaca algoritma yang dapat dipersonalisasikan sesuai preferensi dari konsumen.

4. Tidak memiliki dedicated product owner

Perusahaan perlu untuk memiliki tim yang disiapkan dengan fungsi khusus pada pengembangan dan penerapan AI untuk membantu proses pengaplikasian teknologi ini di lapangan.

Hal ini karena teknologi AI sendiri memiliki ruang untuk improvisasi yang luas, termasuk untuk kebutuhan pertumbuhan bisnis. Pada praktiknya, penyedia jasa teknologi akan membantu perusahaan dengan layanan konsultasi untuk membenahi suatu masalah sampai dengan kesempatan untuk pengembangan kapabilitas dari AI yang diterapkan.

Melalui kepemilikan terhadap sumber daya yang fokus pada penerapan dan dan pengembangan AI, maka suatu bisnis akan dengan mudah melakukan evaluasi dan mengembangkan kapabilitas AI sesuai dengan kebutuhan usahanya.

“Teknologi kecerdasan artifisial memiliki keunggulan untuk dapat beradaptasi secara khusus terhadap setiap permasalahan yang dihadapi pelaku bisnis. AI memiliki ruang tumbuh yang fleksibel, di mana teknologi ini akan mengikuti perkembangan bisnis berdasarkan skala dan kondisi usaha,” pungkas Irzan.


Bagikan artikel ini