Adopsi Jaringan 5G Dinilai Dapat Percepat Penetrasi Teknologi IoT


Internet Of Things

Ilustrasi Internet Of Things

Adopsi jaringan 5G oleh sejumlah operator telekomunikasi di Indonesia dinilai dapat mempercepat penetrasi teknologi Internet of Things (IoT) yang selaras pula dengan kebutuhan belanja produk dengan dukungan IoT.

Teguh Prasetya, Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) mengatakan bahwa belanja IoT sangat dipengaruhi dengan pergerakan digitalisasi di semua sektor kehidupan masyarakat. Hal ini terutama terkait sektor kesehatan, pendidikan, peternakan, industri, komunikasi, media, perumahan, serta layanan publik.

“Kami memperkirakan potensinya [belanja IoT] sebesar US$ 40 juta pada 2025 dengan jumlah sensor atau perangkat sebanyak 678 juta unit, atau CAGR sebesar 15 persen per tahunnya,” ungkap Teguh, Kamis (17/6/2021).

Teguh kemudian melanjutkan, bahwa 5G sendiri akan banyak digunakan untuk sektor privat serta industri terkait kebutuhan untuk koneksi masif serta membutuhkan latensi yang rendah. Selain itu, tentu saja terkait pula kebutuhan mobile.

Namun menurut Teguh, efek 5G terhadap penetrasi IoT di Indonesia baru bisa dirasakan pada dua hingga tiga tahun mendatang. Hal ini dikarenakan penggelaran jaringan yang masih belum dilakukan secara masif.

“Untuk saat ini belum [berpengaruh ke belanja IoT],  karena belum masif penggelarannya. Kalau di Indonesia diperkirakan baru 2-3 tahun ke depan, karena IoT membutuhkan kelengkapan ekosistemnya selain jaringan juga perangkat, termasuk sensornya, platform serta aplikasi yang penting juga agar solusi ini dapat digunakan oleh pengguna sesuai kebutuhan di setiap sektornya,” kata Teguh.

Teguh pun menjelaskan bahwa peran 5G untuk mempercepat penetrasi IoT dapat dilakukan jika gelaran jaringan sudah masif dan kelengkapan ekosistem yang ada bisa sejalan dan menunjan adopsi yang dilakukan. Hal ini kemudian bisa selaras dengan peningkatan belanja IoT ke depan.

“[Utamanya] adalah ekosistem yang mendukung dan bisa mendorong belanja IoT, yaitu kesesuaian antara supply dengan demand dari user-nya,” tutur Teguh.

Sebelumnya Teguh pun menuturkan bahwa IoT akan menjadi tulang punggung dalam melakukan transformasi digital, dengan prediksi pada 2022 mendatang jumlah perangkat atau sensor IoT yang akan digunakan di Indonesia mencapai 400 juta sensor dengan nilai pasar sekitar Rp350 triliun.

ASIOTI juga menilai bahwa pertumbuhan industri IoT pada tahun ini juga akan terdorong oleh percepatan pemulihan ekonomi. Penerapan teknologi pun akan membantu dalam proses pengambilan keputusan agar lebih cepat dan automasi sehingga secara waktu dan biaya dapat lebih efisien.


Bagikan artikel ini