BRIN Kembangkan IoT dalam Mendeteksi Pertumbuhan Budi Daya Udang


Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional

Kepala Pusat Riset Mekatronika Cerdas Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRMC BRIN) Yanuandri Putrasari percaya bahwa pengembangan Internet of Things (IoT) bisa berperan dalam penguatan perikanan dan pertanian.

Hal tersebut disampaikan Yanuandri dalam sharing session dan diskusi bersama tim ICT Virtual Organization of ASEAN Institutes and NICT (ASEAN IVO), di Kawasan Sains dan Teknologi Samaun Samadikun, Bandung, Selasa (6/6).

“Ada riset IoT untuk deteksi perkembangan udang misalnya,” katanya. Peneliti PRMC BRIN Hanif Fakhrurroja tergabung sebagai salah satu anggota periset dalam penelitian berjudul ‘AI-Based Real time analysis and control of the monitoring on the growth of Freshwater prawn using video image processing from underwater drone.’

Dia menjelaskan dalam proyek interdisipliner ini, tim menggunakan sistem pengenalan berbasis artificial intelligence (AI) untuk memantau pertumbuhan dan budi daya udang galah. Tim memanfaatkan gambar video dan data sensor yang diambil dari kolam budi daya produksi dengan kualitas air yang berbeda.

“Sensor akan ditempatkan di kolam untuk menangkap lingkungan pembibitan,” ucapnya. Menurutnya, data tersebut nanti akan menjadi basis data akuakultur yang bisa dimanfaatkan bersama oleh negara-negara ASEAN.

Pertemuan ini memperkuat dukungan BRIN terhadap proyek kolaborasi riset dengan ASEAN IVO. ASEAN IVO merupakan aliansi global lembaga riset dan pengembangan serta teknologi informasi dan universitas di kawasan ASEAN dan Jepang.

“Semacam penguatan kolaborasi kalau ada potensi-potensi lain yang bisa dikolaborasikan,” tambah Yanu. Pihaknya juga meyakini dengan kapasitas dan kapabilitas riset yang ada di BRIN, khususnya di Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI), tema-tema penelitian lain bisa muncul terlibat.

Yanu mencontohkan, riset nanobubble yang mampu mengurai endapan pengotor di kolam, sehingga kandungan oksigen bertambah dan bermuara pada pertumbuhan udang galah yang lebih cepat. “Ada potensi pengembangan alat kesehatan, IoT untuk pemantauan kendaraan, dan lainnya,” katanya.

Dia juga turut memaparkan program-program kolaborasi yang dapat dimanfaatkan, seperti pertukaran peneliti dan studi dengan sistem degree by research. Diharapkan dengan adanya persetujuan kerja sama dengan PRMC BRIN, peneliti dari pusat riset lainnya bisa turut serta dalam penelitian-penelitian yang memang bertalian.

Senada dengan pernyataan Yanu, pimpinan proyek Lim Tiong Hoo menilai sharing session ini amat membantu untuk mendukung proyek ini. Kendati ini adalah kali pertama Lim mengunjungi BRIN, dia langsung tertarik dengan pelbagai potensi riset yang ada di BRIN.

Salah satunya ialah teknologi nanobubble yang amat mungkin diimplementasikan di banyak wilayah di Brunei. “Ada juga apartemen udang galah yang bisa kita coba nanti,” ujar Lim, seperti dikutip dari Serikat News, Kamis.

Diharapkan dalam waktu dekat bisa mengundang kedua belah pihak untuk saling mengunjungi dan menyelenggarakan presentasi atau lokakarya. Tidak menutup kemungkinan untuk merekrut peneliti tambahan yang bisa membantu proyek-proyek riset lain yang tengah berjalan.

Satu fokus yang pasti adalah menyelesaikan riset mereka yang akan selesai tahun depan. “Ada banyak pekerjaan menarik yang bisa dilakukan,” kata dosen Universiti Teknologi Brunei ini.

Dalam kesempatan ini, Peneliti PRMC BRIN, Hanif Fakhrurroja dan Anto Tri Sugiarto juga menjelaskan secara singkat penelitian mereka di bidang budi daya akuakultur, yaitu produk riset penjaga kestabilan suhu air dalam kolam dan teknologi nanobubble. Sementara Peneliti Pusat Riset Perikanan BRIN menjelaskan terkait apartemen udah galah.


Bagikan artikel ini