Cloud Computing Berpotensi Sumbang Rp 560 T Ekonomi Indonesia


cloud

Pertumbuhan bisnis komputasi awan (cloud computing) berpotensi memberikan kontribusi senilai US$ 40 milliar atau sekitar Rp 560 triliun terhadap ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan. Kontribusi itu diantaranya penyerapan tenaga kerja di sektor digital maupun non-digital.

Regional Director South East Asia Google Cloud, Tim Synan menyatakan dampak penggunaan cloud dalam sistem bisnis tengah diteliti oleh Google Cloud dan konsultan dari Boston Consulting Group.

"Public cloud memiliki dampak positif untuk perekonomian negara. Kami bekerja sama dengan perusahaan konsultan untuk melakukan analisis dampak ekonomi penggunaan cloud untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia," ujar Synan dalam acara Google Cloud Summit di JIExpo Convention Center and Theatre, Kemayoran, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Sementara Managing Director & Partner Boston Consulting Group, Prasanna Santhanam mengatakan sebanyak 150 pengambil keputusan di bidang teknologi informasi telah di survey, diantaranya yakni bisnis digital native dan startup internet, layanan perbankan dan keuangan, retail, media dan hiburan, serta manufakturing.

"BCG memperkirakan bahwa deployment cloud publik dapat memberikan kontribusi US$ 35 miliar-US$ 40 miliar untuk PDB Indonesia secara kumulatif dari 2019 hingga 2023," kata Prasanna dalam kesempatan yang sama.

Nilai itu setara dengan 0,6 persen PDB nasional Indonesia secara tahunan. Pemanfaatan cloud juga membuka lapangan pekerjaan baru sebanyak 350 ribu di periode yang sama, dimana 25 ribu di bidang teknologi, 45 ribu dari pekerjaan seperti pemasaran, keuangan, operasional dan lainnya. Bisnis cloud computing secara vertikal juga membuka 280 ribu lapangan pekerjaan untuk fungsi bisnis inti.

Di Indonesia, layanan cloud computing sangat membantu sistem bisnis suatu perusahaan, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), CinemaXXI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR). Selain perusahaan besar, cloud computing juga dimanfaatkan oleh sejumlah startup seperti BliBli, RuangGuru, tiket.com, Tokopedia, Bukalapak dan Traveloka.

Teknologi cloud computing BRI digunakan untuk menganalisis big data. BRI sebagai bank yang fokus dalam penyaluran kredit segmen mikro dan ultra-mikro, termasuk memiliki data yang cukup padat sehingga dalam memberikan assesment kredit memerlukan waktu yang panjang.

"Dengan menggunakan fasilitas cloud, proses kredit  yang sebelumnya membutuhkan waktu 2 minggu dengan manual, kini hanya menjadi 2 menit melalui aplikasi Pinang yang dibangun lewat platform Google Cloud," jelas Indra Utoyo, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI di acara yang sama.

Sementara SVP Engineering Ruangguru, Alvin Francis Tamie menjelaskan perusahaan menggunakan sistem cloud yakni BigQuery dimana sistem ini untuk membaca pola kebiasaan konsumen.

"Sebagai contoh, kami produksi video pembelajaran. Dengan BigQuery kami bisa melakukan analisa aktivitas dari orang per orang konsumen RuangGuru, seperti apakah mereka kemudian mengerjakan soal-soal dengan benar, atau bagaimana. Datanya kami ambil cloud. Sehingga bisa untuk perbaikan kualitas konten ke depannya," jelas Alvin.

Perusahaan lainnya yang juga menggunakan cloud computing untuk menjalankan bisnisnya yakni CinemaXXI. Sistem cloud yang digunakan di perusahaan ini untuk distribusi iklan layar dan periode tertentu. Selain itu, sistem cloud computing juga digunakan untuk film-film tertentu.

"Kami memilih hybrid, ketika bioskop menayangkan film-film yang peminatnya besar. Sebab bisa mencapai 60 hit/klik per detik. Maka kami meningkatkan atau scale up bayar premium untuk film-film tertentu," kata Andrew Pangestu, Direktur Teknologi dan Operasi CinemaXXI.

 

 


Bagikan artikel ini