e-Bin, Tempat Sampah IoT Buatan Mahasiswa Malang


Internet Of Things

Ilustrasi Internet Of Things

Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Ma Chung, David Tri Setyo Wicaksono, telah menciptakan terobosan yang menarik dalam pengelolaan sampah. Inovasi tersebut, yang diberi nama e-Bin, menjadi perhatian dalam kompetisi Ideation Startup Fest di Malang. 

David berhasil menciptakan terobosan yang mengantarkannya meraih kemenangan dalam kompetisi Ideation Startup Fest yang diselenggarakan oleh Tujubelasan Malang. Kompetisi ini menjadi wadah bagi berbagai start-up dari berbagai sektor, mulai dari agrikultur hingga manufaktur, untuk menghasilkan produk atau jasa inovatif yang dapat memberikan solusi konkret terhadap permasalahan lokal. 

"Kami membuat sebuah tempat sampah yang namanya e-Bin, yaitu tempat sampah berbasis IoT," kata David, Senin (12/2/2024).

David menjelaskan bahwa e-Bin adalah tempat sampah yang didesain berbasis Internet of Things (IoT). Keunggulan utamanya adalah kemampuannya untuk mengukur volume sampah yang dibuang. Hal ini memungkinkan pemantauan yang efisien tanpa perlu pengecekan harian secara langsung. Notifikasi akan dikirimkan melalui WhatsApp ketika e-Bin telah penuh, memudahkan pengambilan dan pengolahan sampah.

"Jadi tempat sampah ini bisa mengukur volume sampah yang dibuang. Jadi kita tidak perlu setiap hari bolak-balik untuk mengecek. Hanya jika tempat sampah telah penuh, maka akan ada notifikasi melalui WhatsApp dan kita bisa langsung mengambilnya. Kemudian kita akan memilah dan mengolahnya kembali," bebernya.

Proyek e-Bin yang dirintis oleh David bersama timnya Ecomatriks telah dimulai sejak bulan September 2023. Dengan memprioritaskan misi sustainability dalam pengelolaan sampah dan juga limbah minyak jelantah, tim Ecomatriks telah berhasil menyediakan tiga macam produk dan layanan yang berarti bagi masyarakat. Meliputi e-Bin sebagai solusi cerdas untuk pengelolaan sampah, layanan drop off dan pick up untuk mengakomodasi pengiriman sampah dan minyak jelantah, serta workshop untuk memberikan edukasi dan pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dengan demikian, inisiatif ini tidak hanya memberikan solusi praktis, tetapi juga berkontribusi dalam membentuk kesadaran lingkungan yang lebih baik di tengah-tengah masyarakat.

"Jadi, selain menampung sampah plastik recycle dan residu, kami juga menerima minyak jelantah. Namun untuk saat ini minyak jelantah bisa disetorkan melalui tim Ecomatriks melalui drop off dan pick up," ungkap David.

Namun, perjalanan untuk menciptakan e-Bin tidaklah mudah. David dan timnya menghadapi berbagai tantangan, seperti halnya start-up lain dalam proyek serupa. Meskipun demikian, motivasi kuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membuang sampah menjadi pendorong utama mereka.

Keberhasilan proyek ini juga tercermin dari minat pasar yang meningkat. Rumah Sakit Bhayangkara, misalnya, telah membeli 3 unit e-Bin dari produk karya David dan timnya. Peran Universitas Ma Chung juga sangat penting dalam mendukung prestasi mahasiswanya. David mengakui bahwa pendidikan dan komunitas di universitas tersebut telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pencapaian prestasinya.

"Perkuliahan di Ma Chung sangat membantu untuk pengetahuan basic dan konsep. Tidak hanya itu, belajar dengan komunitas di kampus juga bermanfaat dan menambah wawasan," pungkasnya.

Dari keseluruhan cerita, dapat di lihat bahwa inovasi e-Bin bukan hanya sekadar menciptakan solusi untuk masalah sampah, tetapi juga mendorong kesadaran lingkungan dan keberlanjutan. Dukungan dari universitas dan minat pasar yang kuat menjadi dorongan bagi David dan timnya untuk terus mengembangkan ide-ide inovatif di masa mendatang. Semoga inovasi ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk turut berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi masa depan.


Bagikan artikel ini