Industri 4.0 Beri 3 Tantangan Transformasi Ketenagakerjaan


Ilustrasi Industri 4.0

Ilustrasi Industri 4.0

Produktivitas di masa revolusi industri 4.0 sekarang ini perlu untuk didorong ke arah digital, termasuk produktivitas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal ini karena produktivitas adalah kunci keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan negara karena merupakan penggerak untuk peningkatan daya saing.

Peningkatan produktivitas yang tajam akibat revolusi industri 4.0 kemudian juga bisa meningkatkan pendapatan. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementrian Ketenagakerjaan, Budi Hartawan. Budi juga menyebut ada tiga tantangan transformasi pekerjaan akibat revolusi industri 4.0.

“Pertama skill transformation atau transformasi keterampilan. Kedua job transformation atau transformasi pekerjaan. Ketiga society transformation atau transformasi sosial,” tutur Budi dalam rangkaian Karya Kreatif Indonesia (KKI) Seri 2 secara daring, Kamis (8/10/2020).

Budi pun menjelaskan, guna menghadapi tantangan tersebut perlu dilakukan inovasi dalam menyiapkan kompetensi tenaga kerja, regulasi ketenagakerjaan yang fleksibel, jaminan sosial untuk peningkatan kompetensi, serta jaminan sosial untuk pendapatan masyarakat.

Selain mengenai tenaga kerja, Budi juga menyampaikan bahwa pelaku UMKM harus tanggap terhadap perubahan tren yang cepat guna mendorong produktivitas dan daya saing di era revolusi industri 4.0. Tren yang dihadapi pun tidak hanya tren pasar, tetapi juga perkembangan teknologi.

UMKM perlu memberikan perhatian terhadap tren pasar dan teknologi agar bisa mendongkrak kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Adapun lima tahun terakhir ini sektor UMKM memberikan kontribusi yang meningkat hingga 60,34 persen dari sebelumnya 57,84 persen.

“Adopsi teknologi digital yang maksimum dapat mendorong UMKM untuk terus berinovasi menghadirkan produk barang dan jasa. Hal ini tentunya menjadikan transformasi digital bisnis UMKM semakin krusial dan patut diperhatikan,” tegas Budi.

Budi mengatakan, perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah mengubah perilaku masyarakat yang semakin mengarah pada digitalisasi. Perubahan tersebut bisa memberikan peluang dan kesempatan yang sama  pada setiap bisnis UMKM untuk terus bertumbuh.

Pada era digital saat ini, literasi serta tingkat adopsi teknologi digital menjadi penentu seberapa jauh bisnis bisa melangkah. Namun, menurut Budi banyak UMKM di Indonesia yang masih relatif tertinggal dan belum siap ‘go digital’.

“Oleh karena itu, kami bersuara menyuarakan pentingnya memulai digital, karena melihat bahwa pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan meningkatkan daya saing UMKM Indonesia,” ujar Budi.

Budi juga menegaskan kembali bahwa mensukseskan UMKM di era industri 4.0 saat ini tidak hanya berupa ketersediaan akses internet serta kepekaan sosial media, tetapi juga diperlukan peningkatan produktivitas serta daya saing sumber daya manusia serta harmonisasi aturan.


Bagikan artikel ini