Integrasi Coding dan AI di SD: Langkah Kemendikdasmen untuk 2025
- Pabila Syaftahan
- •
- 30 Nov 2024 08.05 WIB
Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus berinovasi dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi era digital. Dalam rangka mendukung hal ini, Kemendikdasmen menggelar diskusi kelompok terpumpun (FGD) yang membahas pengembangan pembelajaran coding dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk tingkat sekolah dasar. Acara ini berlangsung pada 29 November hingga 1 Desember 2024 di Jakarta dan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti kepala sekolah, guru, serta komunitas pengajaran coding dan AI.
Langkah Strategis untuk Kurikulum Baru
Dalam pernyataan resminya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti menjelaskan bahwa pengajaran teknologi tinggi seperti coding dan AI menjadi kebutuhan mendesak. Hal ini sejalan dengan tren global di mana negara-negara maju telah mengintegrasikan pembelajaran teknologi dalam pendidikan dasar. Indonesia, menurutnya, perlu segera menyusul untuk memastikan generasi mudanya memiliki kompetensi yang relevan dengan tuntutan zaman.
“Kami berencana memperkenalkan pembelajaran coding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah dasar mulai tahun ajaran 2025-2026. Langkah ini bertujuan menyiapkan anak-anak Indonesia agar lebih kompetitif di tingkat global,” ujar Abdul Mu'ti.
Menteri Abdul Mu'ti menekankan pentingnya keterampilan digital untuk membekali siswa menghadapi era teknologi yang terus berkembang. Ia optimistis bahwa pembelajaran ini dapat mendukung perkembangan literasi dan numerasi siswa, serta mendorong mereka menjadi inovator masa depan.
Menghadapi Tantangan dan Memanfaatkan Peluang
Meskipun kebijakan ini mendapatkan berbagai respons, sebagian besar tanggapan bersifat positif, terutama dari kalangan akademisi dan praktisi pendidikan yang memahami pentingnya penguasaan teknologi sejak dini. Abdul Mu'ti mengakui adanya tantangan, seperti pandangan yang menganggap literasi dasar lebih penting daripada teknologi. Namun, ia meyakini bahwa keduanya dapat berjalan beriringan.
“Meskipun ada beberapa kritik, penguasaan teknologi seperti coding dan AI justru akan memperkuat kemampuan literasi dasar anak-anak kita. Ini adalah investasi untuk masa depan mereka,” tegasnya.
Di sisi lain, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Atip Latipulhayat memberikan perspektif bahwa literasi digital, termasuk coding dan AI, adalah keterampilan dasar yang tak kalah pentingnya dengan membaca, menulis, dan berhitung. Menurutnya, teknologi bukanlah sesuatu yang rumit atau menakutkan, melainkan peluang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi.
“Coding dan AI adalah alat untuk mendorong anak-anak menjadi kreator, bukan sekadar konsumen teknologi. Dengan ini, mereka bisa beradaptasi dengan dunia digital yang semakin kompleks dan dinamis,” ujar Atip.
Mendorong Pendidikan Digital yang Merata
Melalui kegiatan FGD ini, Kemendikdasmen tidak hanya berfokus pada pengembangan kurikulum, tetapi juga pada penciptaan ekosistem pendidikan yang mendukung pemerataan teknologi di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan mencetak generasi yang kreatif, inovatif, dan siap bersaing secara global.
Kemendikdasmen juga menargetkan agar pembelajaran coding dan AI menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Upaya ini mencakup pelatihan bagi guru untuk memastikan mereka mampu mengajarkan materi teknologi dengan metode yang mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, akan dilakukan uji coba pembelajaran di beberapa sekolah sebagai langkah awal sebelum implementasi secara nasional.
Harapan Masa Depan
Inisiatif ini merupakan salah satu langkah strategis dalam menyelaraskan sistem pendidikan Indonesia dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi. Dengan memperkenalkan teknologi sejak dini, diharapkan siswa tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga kreator teknologi yang berdaya saing tinggi.
Kemendikdasmen berharap, dengan kolaborasi berbagai pihak, program ini dapat sukses diterapkan dan memberikan dampak positif bagi pendidikan di Indonesia. Tidak hanya melahirkan generasi yang melek teknologi, tetapi juga generasi yang mampu menciptakan inovasi untuk memajukan bangsa.