Jaringan 5G Jadi Solusi untuk Trafik Tinggi Internet


5G

Ilustrasi 5G

Banyak studi yang menyebut bahwa Indonesia memiliki peluang ekonomi digital yang besar. Terutama didukung dengan berbagai faktor seperti jumlah penduduk yang besar, hingga jumlah pengguna ponsel yang besar dengan trafik internet yang meningkat pesat sebesar 15-20 persen sepanjang 2020.

Hal tersebut juga ditambah dengan munculnya gelombang teknologi baru seperti 5G, Internet of Things (IoT), artificial intelligence (AI), serta cloud computing. Penyelenggaraan 5G pun dinilai akan menjadi solusi untuk mendukung layanan bagi pelanggan, terutama teknologi digital yang kini telah menjadi sendi kehidupan masyarakat.

5G pun harus hadir dalam keadaan optimal dengan kesiapan spektrum frekuensi untuk penyelenggaraan jaringan ini. Selain itu, lebar [ita untuk jaringan penghubung antar menara BTS dengan pusat-pusat di mana internet akan terhubung juga harus diperluas menggunakan jaringan fiber optic.

Marwan O. Baasir, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengungkap bahwa ketersediaan fiber optic di Indonesia hingga saat ini masih terbatas dan belum merata. Hal ini dikarenakan kebanyakan fiber optic terkonsentrasi di perkotaan.

“Maka dari itu, peran Kemenkominfo harus dioptimalkan untuk membantu para operator yang tergabung dalam asosiasi, agar pemerintah daerah bisa merelaksasi aturan-aturannya sehingga proses penggelaran fiber optic dapat berjalan dengan mudah sehingga bisa mendukung pengembangan 5G di Tanah Air,” kata Marwan, melansir dari SindoNews, Senin (25/10/2021).

Marwan juga menuturkan bahwa 5G yang ideal berada di frekuensi 3,5 GHz, sementara operator yang ada saat ini masih menggunakan frekuensi yang ada yaitu 2,1 dan 2,3 GHz dan masih banyak lagi. Hal ini pun masih memungkinkan dengan adanya dynamic spectrum sharing.

“Tetap 5G, hanya menggunakan spektrum yang ada. Jadi memang bandwidth saat ini masih terbatas. Harapan kita 3,5 GHz bisa cepat terwujud,” tutur Marwan.

Sementara Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Ismail mengatakan bahwa Kominfo akan menuntaskan peta jalan 5G. Ismail mengatakan bahwa peta jalan ini mengandung beberapa elemen, diantaranya mengenai infrastruktur seperti menuntaskan fiberisasi.

“Lalu menyiapkan spektrum frekuensi radio, bagaimana tingkat TKDN dari device 5G, serta bagaimana menuntaskan pembangunan BTS atau tower,” ujar Ismail.

Selain itu, terdapat pula aspek ekosistem seperti sumber daya manusia (SDM), kebijakan, peraturan, dan lain-lain. Keberadaan elemen ini adalah agar operator dapat menjalankan panduan masing-masing yang harus selaras dengan peta jalan pemerintah.

Ismail menyampaikan bahwa jangan lagi masing-masing operator memahami bahwa BTS dibangun sendiri-sendiri, karena pemerintah saat ini tengah mendorong konsep sharing. Hal ini karena 5G yang dibangun sendiri membutuhkan biaya yang besar.

5G sebagai teknologi yang masih baru di Indonesia, menurut Marwan O. Baasir tentunya akan pertama kali diimplementasikan di kota-kota besar di mana infrastruktur telekomunikasi yang ada terhitung sudah siap. Namun seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, 5G pun akan meluas seperti halnya 4G saat ini.

“Teknologi 5G merupakan salah satu penggerak solusi digital yang dapat memberikan manfaat terhadap kebutuhan masyarakat dan industri di era saat ini. Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian kita adalah faktor-faktor pendukung dalam proses adopsi teknologinya,” jelas Marwan.

5G sendiri telah membuka peluang yang besar bagi ekonomi digital di Indonesia, terutama dengan kelebihan-kelebihan yang ditawarkannya. Kelebihan seperti latensi yang rendah dan data rate lebih cepat tentunya dapat mendukung berkembangnya smart city, smart agriculture, dan masih banyak lagi.


Bagikan artikel ini